kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mayoritas bursa Asia melemah, dibayangi kenaikan inflasi


Kamis, 21 Oktober 2021 / 08:39 WIB
Mayoritas bursa Asia melemah, dibayangi kenaikan inflasi
ILUSTRASI. Bursa Asia. (Kyodo)


Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia bergerak mixed, dengan mayoritas indeks melemah pada perdagangan Kamis (21/10). Pukul 08.30 WIB, indeks Nikkei 225 turun 91,97 poin atau 0,31% ke 29.163,70, Hang Seng naik 5,83 poin atau 0,02% ke 26.141,85.

Taiex naik 13,15 poin atau 0,08% ke 16.901,14, Kospi turun 2,25 poin atau 0,07% ke 3.010,48, ASX 200 naik 9,23 poin atau 0,12% ke 7.422,90, Straits Times naik 1,94 poin atau 0,06% ke 3.199,82, dan FTSE Malaysia turun 5,69 poin atau 0,35% ke 1.600,63.

Mayoritas bursa Asia melemah lantaran investor menimbang laporan pendapatan perusahaan, inflasi tinggi dan risiko dari sektor properti Cina. 

Saham di bursa Jepang melemah tipis, Australia dan Korea Selatan berfluktuasi.

Baca Juga: Bursa Asia mayoritas menguat pada Rabu (20/10) pagi

Para trader memantau perkembangan kasus krisis utang China Evergrande Group yang menghentikan pembicaraan untuk menjual lini bisnis propertinya dan meminta sahamnya untuk diperdagangkan kembali.

Hasil laporan perusahaan membantu meredakan kekhawatiran, tetapi tidak berarti menghilangkan kekhawatiran bahwa tekanan biaya yang dipicu oleh krisis energi dan gangguan rantai pasokan akan memperlambat pemulihan pandemi.

Di saat yang sama, investor bergulat dengan prospek berkurangnya dukungan bank sentral dan tetap waspada terhadap kesulitan di sektor real estate China.

"The Fed terjebak dalam situasi yang sangat sulit," kata David Kudla, chief executive officer di Andalan Capital Management seperti dikutip Bloomberg.

Menurutnya, hal itu kemungkinan terjadi karena pengurangan stimulus yang diikuti oleh kenaikan suku bunga di tengah perlambatan signifikan ekspansi ekonomi.

Selanjutnya: Sentimen Negatif Tak Mempan, China Mengumpulkan US$ 4 Miliar dari Obligasi Dollar AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×