Sumber: Antara,AFP | Editor: Yudho Winarto
TOKYO. Nilai tukar ringgit Malaysia memimpin reli di pasar uang Asia pada Kamis (18/2), karena lonjakan harga minyak menyuntik para pedagang dengan kepercayaan, sementara risalah dari pertemuan Federal Reserve menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga untuk beberapa waktu.
Minyak mentah, yang pekan lalu bermain mata dengan posisi terendah 13-tahun, memperpanjang lonjakannya yang di mulai Jumat lalu, didorong harapan pengurangan kelebihan pasokan yang telah memukul harga komoditas selama satu setengah tahun terakhir.
Lonjakan harga komoditas terjadi setelah Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyambut pakta antara dua produsen minyak utama Rusia dan Arab Saudi untuk mengejar strategi terkoordinasi, guna membatasi produksi minyak.
Sementara ia menolak Iran berkomitmen untuk setiap pembatasan produksi, komentarnya diambil sebagai langkah ke arah yang benar dalam mencoba untuk mengakhiri krisis yang telah membuat harga minyak jatuh lebih dari 70 % dari tertinggi pertengahan Maret.
Ringgit yang terkait minyak melonjak 1,5 % terhadap greenback, sementara dollar Australia melonjak 0,4 %, nilai tukar rupiah Indonesia bertambah 0,3 % dan baht Thailand menguat 0,3 %. Dollar Taiwan dan peso Filipina juga mencatat kenaikan.
Greenback juga tertekan oleh risalah dari pertemuan kebijakan The Fed pada Januari yang menunjukkan bank sentral tidak mungkin untuk menekan pemotongan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.
Risalah menunjukkan para pembuat kebijakan khawatir tentang dampak gejolak pasar global baru-baru ini terhadap perekonomian AS, dan bahwa mereka akan mengikuti dengan cermat peristiwa-peristiwa ketika memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga lagi.
Greenback berada di 114,02 yen dari 114,05 yen pada Rabu di New York, sementara euro naik tipis menjadi 1,1139 dollar dari 1,1126 dollar. Mata uang tunggal itu juga dikutip pada 126,99 yen dari 126,89 yen.
"Risalah The Fed menunjukkan bahwa bank sentral terlihat seperti mereka sedang bersiap-siap memperlambat rangkaian kenaikan suku bunga, yang adalah baik untuk aset-aset berisiko," Nader Naeimi, kepala analis pasar di AMP Capital Investors, yang berbasis di Sydney mengatakan kepada Bloomberg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News