Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Sepanjang kuartal III 2012, mata uang Asia berhasil mencatatkan penguatan kuartalan terbaik dalam dua tahun terakhir. Kondisi itu dapat dilihat dari pergerakan Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index, yang mengukur kekuatan mata uang utama Asia terhadap dollar AS.
Asal tahu saja, Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index melesat 1,8% pada periode tiga bulan yang berakhir 30 September lalu. Hal ini tidak mengherankan, mengingat mayoritas mata uang Asia mencatatkan penguatan terhadap si hijau.
Rupe India, misalnya, menguat 5,3% di sepanjang kuartal III menjadi 52,86 per dollar di Mumbai. Sementara, ringgit Malaysia menguat 3,5% menjadi 3,0620 dan won Korea Selatan menguat 3,1% menjadi 1.111,38 pada periode yang sama. Pergerakan yuan China juga sama, di mana mata uang Negeri Panda ini menguat 1,1% menjadi 6,2849.
Sementara itu, di negara Asia lainnya, baht Thailan menguat 3,1% menjadi 30,80 per dollar dan dollar Taiwan menguat 1,9% menjadi NT$ 29,342 per dollar. Demikian pula halnya dengan peso Filipina yang menguat 1,1% menjadi 41,71 per dollar.
Penguatan mayoritas mata uang regional ini terkait dengan aksi bersama bank sentral global yang berencana memompa likuiditas ke pasar finansial untuk menyokong pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini yang kemudian memicu mengalirnya arus dana asing ke aset-aset dengan yield tinggi.
"Tren saat ini hingga 2013 masih positif untuk mata uang emerging, terkait dengan suku bunga acuan dan pertumbuhan positif dibanding negara ekonomi maju. Pertumbuhan ekonomi China melambat dan diprediksi akan semakin banyak dilakukan kebijakan stimulus, termasuk di antaranya pemangkasan suku bunga," papar Roy Teo, senior currency strategist ABN Amro Bank NV di Singapura.
Kendati demikian, ada pula mata uang Asia yang melemah. Beberapa di antaranya yakni rupiah Indonesia yang melemah 1,7% menjadi 9.589 dan dong Vietnam melemah ke posisi 20.890 dari 20.878.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News