Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah mata uang negara-negara Asia diprediksi akan melaju selama tahun 2023 menyusul melemahnya indeks dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir Bloomberg, Kamis (2/2), indeks dolar AS melemah 0,05% ke 101,2 dari hari kemarin. Pelemahan itu menyusul The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, mata uang negara-negara di Asia diuntungkan dengan kondisi ekonomi saat ini.
“Sebab, hal tersebut dapat berdampak pada permintaan terhadap barang komoditas di regional, baik itu di Thailand, Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan India,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/2).
Baca Juga: Rupiah Menguat Terhadap Sejumlah Mata Uang Asing di Januari 2023, Ini Pemicunya
Selama bulan Januari 2023, Fikri mengatakan, negara-negara tersebut juga mengalami apresiasi yang cukup baik.
Selain penurunan indeks dolar AS, sentimen lain yang memperkuat mata uang negara-negara di Asia ialah pembukaan kembali perekonomian China, sehingga permintaan barang-barang manufaktur dari Negara Tirai Bambu itu diprediksi lebih baik.
“Lalu, distribusi di kawasan Asia akan lebih baik karena hub alias pelabuhan terbesar di Asia itu sebagian besar berada di China,” paparnya.
Fikri mengatakan, kondisi tersebut diperkirakan masih akan terus terjadi hingga akhir tahun 2023, bahkan dapat berlanjut ke 2023.
“Struktur ekonomi di Asia mungkin akan relatif lebih bagus dibandingkan Uni Eropa selama tahun 2023, sebab ada linkage antarnegara yang lebih baik di Asia akibat reopening China,” tuturnya.
Baca Juga: Pada Tahun Ini, Suku Bunga Simpanan Bank Diramal Naik Bertahap
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kurs valuta asing (valas) yang akan mengalami lompatan ialah dolar Singapura, yen Jepang, dan yuan China.
“Walaupun kenaikannya tidak begitu signifikan, tetapi ini juga bagus sebagai safe haven untuk mata uang investasi,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (1/2).
Selain itu, dengan membaiknya perekonomian global, peran Singapura sebagai negara transit perdagangan akan meningkat. “Hal ini akan lebih cepat memperkuat mata uang dolar Singapura,” ungkapnya.
Lalu, kata Ibrahim, Jepang sedang mengalami kontraksi ekonomi, sehingga berpengaruh pada yen. Namun, Bank of Jepang (BoJ) kemungkinan besar akan melakukan pengetatan, meskipun dari kemarin masih tetap dovish.
Baca Juga: Rupiah Masih Kuat di Awal 2023, Simak Rekomendasi Saham yang Terpapar Angin Segar
“Jika BoJ melakukan pengetatan, ini akan berdampak positif jangka menengah dan jangka panjang, sehingga ini bisa dijadikan sebagai investasi. Walaupun tak terlalu besar, karena yen kecil nilainya terhadap rupiah,” tuturnya.
Sementara itu, yuan China diproyeksikan akan terus mengalami pertumbuhan selama tahun 2023. Hal itu akan berdampak positif pada investasi mata uang yuan.
“Artinya, saat Indonesia melakukan perdagangan lebih besar dengan China, hal itu membuat yuan terus mengalami penguatan. Ini akan berdampak positif pada investasi,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News