Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs beberapa valuta asing (valas) melemah terhadap rupiah dalam sebulan terakhir. Misalnya, kurs dolar Amerika Serikat (AS) melemah 3,74% ke Rp 14.991 pada Januari 2023, dari sebelumnya Rp 15.573.
Lalu, kurs euro melemah 2,52% ke Rp 16.194,66 pada Januari 2023, dari sebelumnya Rp 16.613,39 pada Desember 2022. Sementara, kurs poundsterling juga melemah 1,67% ke 18.451,33 pada Januari 2023, dari sebelumnya Rp 18.764,48.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, apresiasi rupiah selama sebulan terakhir didukung oleh fundamental yang cukup baik, seperti masuknya dana hasil ekspor (DHE) ke dalam negeri.
Baca Juga: Tengah Hari, Kurs Dollar-Rupiah di BRI pada Kamis (2/2)
Fikri memaparkan, setidaknya ada tiga sentimen yang mendorong apresiasi rupiah terhadap beberapa valuta asing.
“Pertama, DHE. Kedua, instrumen suku bunga dari Bank Indonesia (BI). Ketiga, kenaikan LPS rate untuk valas,” ungkapnya kepada Kontan, Kamis (2/2).
Menurut Fikri, data-data tersebut menjadi dorongan ekspektasi market akan rupiah yang lebih stabil di tahun 2023.
“Namun, di sisi lain, rupiah agak telat. Rupiah baru terapresiasi di bulan Januari 2023, sementara negara-negara lain sudah terapresiasi terhadap dolar AS sejak Oktober 2022,” ujarnya.
Fikri menuturkan, apresiasi rupiah terhadap sejumlah mata uang dunia itu berdampak cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Setidaknya, ada 5 dampak yang bisa disoroti dari kondisi ini.
Pertama, inflasi Indonesia bisa menurun, terutama dari sisi impor. “Kemungkinan inflasi dari sisi barang impor atau karena perbedaan nilai tukar akhirnya akan turun,” ungkapnya.
Baca Juga: Periksa Valas Terkini, Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Kamis 2 Februari 2023
Kedua, dari sisi neraca dagang, nilai ekspor dalam rupiah dikhawatirkan akan turun, walaupun secara volume akan sama.
“Impor dalam rupiah juga akan turun. Tetapi, ini akan mendorong adanya competitiveness terhadap barang-barang impor normal goods atau barang dengan utilitas yang sama dengan di dalam negeri,” paparnya.
Ketiga, aset portofolio di Indonesia seakan-akan relatif lebih outperfomed, terlepas dari nilainya berubah atau tidak.
Keempat, nilai Global Bonds akan turun. Sebab, secara nominal, jumlah rupiahnya berkurang.
Baca Juga: Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Kamis 2 Februari 2023, Periksa Valas Terkini
Kelima, ekspektasi pasar akan stabilitas rupiah akan lebih kuat. “Akan ada harapan dari market terhadap rupiah yang relatif lebih kuat dan pasar keuangan Indonesia secara keseluruhan akan lebih positif,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News