Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Mayoritas mata uang Asia bergerak menguat pada transaksi pagi ini. Bahkan, penguatannya merupakan yang terbesar dalam dua pekan terakhir seiring data manufaktur China yang naik melampaui estimasi analis. Kondisi itu mencerahkan outlook data ekspor di kawasan regional.
Per pukul 11.25 waktu Seoul, won Korea Selatan perkasa 0,4% menjadi 1.128,25 per dollar AS. Sementara itu, ringgit Malaysia menguat 0,2% menjadi 3,0545, dollar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 29,485, dan peso Filipina menguat 0,3% menjadi 42,810. Sedangkan mata uang di sejumlah negara lainnya: baht Thailand menguat 0,1% menjadi 30,81, yuan China menguat 0,03% menjadi 6,3098.
Kondisi itu yang pada akhirnya mendongkrak Asia Dollar Index ke posisi 117,04. Ini merupakan level tertinggi sejak 20 Maret lalu. Asal tahu saja, Asia Dollar Index mengukur sepuluh mata uang Asia yang paling aktif diperdagangkan di luar yen Jepang.
"Data Purchasing Manager Index China menunjukkan tingginya tingkat permintaan domestik. Hal itu positif bagi mata uang Asia karena jika permintaan domestik China kuat, maka tingkat ekspor Asia ke China juga akan semakin membaik," jelas Sean Yokota, currency strategist UBS AG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News