Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell kembali merombak konstituen dalam FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China. Dalam perombakan ini, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi penghuni baru yang masuk dalam saham berkapitalisasi besar alias large cap. Bersama dengan GOTO, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga menjadi penghuni di kelas ini. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) turun ke indeks kapitalisasi menengah (mid cap).
PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) juga menjadi penghuni baru FTSE Russell yang masuk ke indeks saham berkapitalisasi kecil atau small cap. CMRY menggantikan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang turun kelas ke indeks micro cap.
Ada pula beberapa saham yang masuk dalam kelas micro cap yakni PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE), PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON), PT Modernland Realty Tbk (MDLN), PT Paninvest Tbk (PNIN), PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Sillo Maritime Perdana Tbk (SHIP), dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA).
Baca Juga: Prospek Saham Consumer Cyclicals di tengah Rotasi Sektor dan Pemantauan Khusus
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, masuknya saham-saham tersebut ke dalam Indeks FTSE Russel bisa menjadi angin segar. Sebab, indeks FTSE merupakan salah satu indeks yang menjadi perhatian investor. Adapun emiten yang masuk ke dalam indeks tersebut yakni dengan mempertimbangkan faktor pergerakan dan likuiditas saham serta fundamental yang baik.
Meski demikian, tetap saja investor akan mencermati aspek lain seperti adanya aksi korporasi emiten. “Ketika sudah masuk (ke dalam indeks FTSE), nantinya investor akan melihat prospeknya seperti apa. Memang sentimen ke depan adalah emiten-emiten tersebut bisa terus mewujudkan kinerja yang optimal dan berkesinambungan,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (19/2).
Menurut Nafan, MDKA memiliki prospek yang cukup baik, salah satunya terkait sentimen resesi global yang bisa meningkatkan permintaan emas, seiring sifat emas sebagai safe haven. “Untuk jangka panjang, prospek emas memang akan menjadi instrumen penting menghadapi global resesi,” kata dia. Sementara prospek nikel dan tembaga berkaitan dengan permintaan dari sektor baterai listrik dan kendaraan listrik.
Sementara untuk GOTO, Nafan menilai emiten teknologi ini sedang berupaya meningkatkan aspek profitabilitas, tetapi memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Catatan Nafan, GOTO bisa memanfaatkan tingkat konsumsi domestik yang bisa menopang perekonomian. Jika GOTO bisa memanfaatkan momentum pemulihan konsumsi domestik, tentunya berperan dalam meningkatkan gross merchandise value (GMV) dan gross transaction value (GTV) GOTO. Lebih lanjut, GOTO juga terus melakukan efisiensi bisnis untuk menciptakan profit.
Baca Juga: Saham-Saham Konstituen Baru MSCI Index, Simak Rekomendasi Sahamnya!
Tim riset Trimegah Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy saham GOTO namun dengan target harga yang lebih rendah, dari semula Rp 380 menjadi Rp 200. Menurut Trimegah Sekuritas, masuknya GOTO ke dalam Indeks FTSE Indonesia dapat menjadi katalisator jangka pendek. Hanya saja, persaingan yang lebih ketat hingga pelemahan ekonomi menjadi risiko dari rekomendasi tersebut.
“Kami meyakini bahwa kemampuan perusahaan untuk memangkas beban tidak dapat dipandang sebelah mata, terutama dengan beberapa manajemen kunci baru dan struktur kepemimpinan yang sudah ada yang menekankan fokus pada efisiensi dan profitabilitas,” kata Trimegah Sekuritas, Jumat (17/2).
Adapun GOTO menargetkan adjusted EBITDA perusahaan akan menjadi positif pada kuartal keempat 2023. Target adjusted EBITDA yang positif ini lebih cepat lima sampai enam kuartal dari target awal yang dipasang. Sementara itu, margin kontribusi grup GOTO ditargetkan akan positif pada kuartal pertama 2023 dari sebelumnya ditargetkan akan positif pada kuartal ketiga 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News