Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Bukit Asam Tbk menyatakan proses akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pelabuhan Ratu masih dalam tahap due diligence atau uji tuntas.
Pada penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia Kamis (20/10), Sekretaris Perusahaan Apollonius Andwie C. membenarkan bahwa produsen batubara pelat merah ini sedang melakukan penjajakan untuk membeli aset PT PLN yakni Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pelabuhan Ratu.
Selanjutnya PTBA dan manajemen PLN pada 18 Oktober 2022 yang lalu menandatangani Principle Frame Work Agreement di Bali.
Baca Juga: Mengintip Isi Kantong PTBA yang Ingin Beli PLTU Pelabuhan Ratu Seharga US$ 800 juta
Penandatanganan Principle Frame Work Agreement ini merupakan perjanjian awal kerjasama dalam rangka pelepasan aset PT PLN tersebut.
Setelah Penandatanganan Principle Frame Work Agreement tahap berikutnya akan dilakukan uji tuntas alias due diligence oleh PTBA atas aset PT PLN yang akan dilepas yakni PLTU Pelabuhan Ratu.
Proses uji tuntas alias due diligence PTBA atas aset PLTU Pelabuhan Ratu ini akan dilakukan secara komprehensif untuk menentukan nilai kewajaran, serta dampak terhadap transaksi.
Uji tuntas PTBA ini meliputi dampak transaksi terhadap aspek keuangan, operasional dan hukum serta mempertimbangkan pengukuran atas transaksi afiliasi benturan kepentingan dan materialitas.
Karena proses pengambilalihan aset PLTU Pelabuhan Ratu oleh PTBA ini masih panjang, maka manajemen PTBA belum bisa mengungkapkan lebih lanjut.
Meskipun demikian manajemen PTBA akan akan memberikan update perkembangan transaksi ini apabila sudah mendapatkan hasil dari due diligence, dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku juga peraturan pasar modal.
Rencana PT Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) untuk mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pelabuhan Ratu menjadi perhatian para investor.
Sebelumnya PT PLN berharap akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu oleh PTBA ini bisa mencapai US$ 800 juta.
Padahal, mengacu pada laporan keuangan publikasi PTBA pada Semester I-2022, nilai ekuitas alias modal PTBA mencapai Rp 22,7 triliun.
Dengan nilai akuisisi setara US$ 800 juta, maka dengan asumsi menggunakan kurs dollar Rp 15.500/dollar AS maka nilai transaksi setara dengan Rp 12,4 triliun, atau setara 55% ekuitas PTBA per akhir Juni 2022.
Gambaran ini yang menjadikarn respon investor saham negatif terhadap rencana ini sehingga harga saham PTBA mengalami koreksi tajam setelah perusahaan ini mengumumkan rencana akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu.
Baca Juga: IHSG Menguat Pada Kamis (20/10) Pagi, PTBA, TLKM, MEDC Top Gainers LQ45
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail dalam pernyataan tertulis Rabu (19/10) menyampaikan aksi korporasi ini merupakan komitmen PTBA untuk mendukung kebijakan Pemerintah yang mendorong pensiun dini PLTU dalam rangka transisi menuju energi bersih.
Ia menyebut PTBA sangat peduli dengan isu perubahan iklim dan siap berkontribusi agar target Net Zero Emission pada 2060 dapat tercapai.
Sementara jika kita menilik kondisi kas dan setara kas PTBA pada semester I-2022 sebesar Rp 4,17 triliun. Posisi kas dan setara kas PTBA ini sedikit turun dibandingkan dengan kondisi akhir tahun 2021 lalu yang mencapai Rp 4,39 triliun.
Adapun total kewajiban PTBA ini pada Juni 2022 mencapai Rp 13,20 triliun atau melonjak dibandingkan dengan posisi kewajiban di akhir Desember 2021 yang mencapai 11,87 triliun.
Tambahan utang PTBA ini terutama dari utang jangka panjang yang naik, sekitar Rp 580 miliar dari Rp 4,37 triliun di bulan Desember 2021, menjadi Rp 4,95 triliun pada akhir Juni 2022.
Sementara utang jangka pendek PTBA juga mengalami kenaikan dari posisi Desember 2021 sebesar Rp 7,5 triliun menjadi Rp 8,26 triliun.
Kondisi Kas dan setara kas PTBA pada semester I-2022 sebesar Rp 4,17 triliun. Posisi kas dan setara kas ini sedikit turun dibandingkan dengan kondisi akhir tahun lalu yang mencapai Rp 4,39 triliun.
Adapun total kewajiban perusahaan PTBA ini mencapai Rp 13,20 triliun atau melonjak dibandingkan dengan posisi kewajiban di akhir Desember 2021 yang mencapai Rp 11,87 triliun.
Tambahan utang ini terutama dari utang jangka panjang PTBA yang naik dari Rp 4,37 triliun di bulan Desember 2021, menjadi Rp 4,95 triliun pada akhir Juni 2022.
Sementara utang jangka pendek PTBA juga mengalami kenaikan dari posisi Desember 2021 sebesar Rp 7,5 triliun menjadi Rp 8,26 triliun.
Dengan total utang mencapai Rp 13,21 triliun dan ekuitas sebesar Rp 22,7 triliun maka rasio utang terhadap modal alias debt to equity ratio (DER) PTBA sudah mencapai 52,8%.
Kondisi ini tentu melemah jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun dengan DER PTBA sebesar 48,95%, dengan total utang Rp 11,86 triliun dan ekuitas Rp 24,25 triliun per akhir Desember 2021.
Sementara, transaksi saham PT Perusahaan Tambang Batubara Tbk (PTBA) mengalami peningkatan volume pada Kamis (20/10).
Pada perdagangan sesi pertama Kamis (20/10) saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) ditutup menghijau alias naik hingga 2,68% setelah Rabu (19/10) kemarin memerah hingga 5,8% lebih.
Harga saham PTBA pada penutupan perdagangan sesi I di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, saham PTBA berada di harga Rp 3.830 per saham.
Baca Juga: Saham PTBA Masih Terbakar PLTU Pelabuhan Ratu, Perdagangan Kemarin Turun 5,81%
Jika dibandingkan dengan harga penutupan hari Rabu (19/10) sebesar Rp 3.730, berarti harga saham PTBA naik 2,68%.
Sempat menyentuh harga tertinggi Rp 3.850 dan harga terendah Rp 3.750, saham PTBA ditutup naik Rp 100 dalam sehari.
Baca Juga: Harga Saham PTBA Turun 4,29% Sesi I, di Tengah Rencana Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu
Pada saat penutupan, harga PTBA permintaan (bid) tertinggi Rp 3.820 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) PTBA terendah di Rp 3.830 per saham.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham PTBA mencapai Rp 278,40 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 730.605 lot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News