Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pandemi covid-19 sudah terkendali, tapi sektor kesehatan (healthcare) masih punya daya tarik. Secara sektoral, IDX Healthcare masih naik walau dengan pergerakan yang tidak signifikan.
IDX Healthcare menguat 2,54% secara year to date (YTD). Meski begitu, sektor kesehatan mampu menjadi pendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal pekan ini.
Sektor kesehatan pun akan kedatangan anggota baru. Dari tujuh calon emiten yang sedang dalam proses bookbuilding, dua di antaranya bergerak di sektor kesehatan.
PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) mengincar dana segar sekitar Rp 828 miliar hingga Rp 1,25 triliun dari hajatan penawaran umum saham perdana atawa Initial Public Offering (IPO). Selanjutnya, ada Primaya Hospital atau PT Famon Awal Bro Sedaya Tbk (PRAY) yang membidik Rp 287,11 miliar dari IPO.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih memandang prospek emiten di sektor kesehatan masih menarik dicermati. Setelah pandemi covid-19 usai, katalis yang bisa menjaga pertumbuhan kinerja adalah kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.
Baca Juga: IHSG Bisa Kembali Tembus ke Level 7.000, Cermati Faktor dan Saham Penggeraknya
Hal ini sejalan dengan ter-akselerasinya Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia, yang berkorelasi positif dengan angka harapan hidup. Semakin tinggi PDB, semakin tinggi juga kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDB per kapita Indonesia di tahun 2021 sebesar US$ 4.349 atau meningkat 11,20% jika dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar US$ 3.911.
Sementara itu, rata-rata pengeluaran per kapita untuk kesehatan tumbuh 8,94% secara tahunan menjadi Rp 34.364 setiap bulannya dari nilai sebelumnya di Rp 31.545 setiap bulan.
"Masyarakat dengan pendapatan per kapita lebih tinggi cenderung memprioritaskan kesehatan. Kondisi ini menggambarkan prospek sektor kesehatan masih cerah, seiring pertumbuhan ekonomi yang terakselerasi," terang Ratih kepada Kontan.co.id, Selasa (18/10).
Ratih melanjutkan, saat ini kondisi pasar sedang dibayangi ketidakpastian ekonomi global, tingkat inflasi yang tinggi dan pengetatan kebijakan moneter. Nah, sektor kesehatan dinilai sebagai salah satu sektor yang defensif, karena menjadi kebutuhan utama walau kondisi ekonomi bergejolak.
Baca Juga: Ketika Calon Emiten Berharap Saham IPO Terkerek Window Dressing
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei punya pandangan serupa. Jono menyoroti momentum IPO dari PRAY dan OMED. Menurutnya, pelaku pasar sebaiknya tidak hanya melihat IPO kedua calon emiten ini dari sisi sentimen Covid-19 yang sudah terkendali saja.
Melainkan, perlu juga mencermati peluang pertumbuhan sektor pelayanan kesehatan dan kebutuhan peralatannya dalam jangka panjang. "Karena penetrasi layanan kesehatan di Indonesia masih cukup rendah. Sektor ini masih memiliki peluang untuk diminati pelaku pasar," ujar Jono.
Hanya saja, Jono punya catatan. Dengan mulai berakhirnya pandemi Covid-19, level pertumbuhan pendapatan dan laba, maupun saham emiten kesehatan tidak akan meroket seperti di tahun 2020-2021.
Kendati begitu, Jono melihat rata-rata kinerja emiten sektor kesehatan pada tahun 2022 masih lebih baik dibandingkan tahun 2019 atau sebelum pandemi. "Berarti secara bisnis dasar, kesehatan terus bertumbuh," sebut Jono.
Selain prospek bisnis pasca pandemi, Ratih mengingatkan tantangan lain yang dihadapi oleh emiten kesehatan, khususnya perusahaan farmasi. Terutama pada tingginya harga bahan baku yang sebagian besar masih dipenuhi secara impor.
Baca Juga: Emiten Ramai IPO di Kuartal IV, Simak Prospek Usahanya
Selanjutnya, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat, yang membuat biaya impor menjadi lebih besar. "Hal tersebut tentu akan menekan EBITDA emiten yang berdampak pada sisi bottom line," imbuh Ratih.
Menimbang kondisi pasar saat ini dan mulai berakhirnya pandemi covid-19, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menyarankan pelaku pasar untuk wait and see terlebih dulu terhadap emiten sektor kesehatan.
"Investor kemungkinan akan lebih melirik sektor lain yang lebih cepat rebound ketika pasar kembali menguat," sebut Ivan.
Meski begitu, Ivan punya saham pilihan yang masih menarik dilirik pada sektor ini. Rekomendasi Ivan, trading buy saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan buy on weakness saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA).
Saran Ivan, cermati area support Rp 1.835 dan resistance pada harga Rp 2.020 untuk saham KLBF. Sedangkan support saham IRRA berada di area Rp 940 dan resistance pada posisi Rp 1.100.
Sementara itu Jono menjagokan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dengan target harga Rp 3.300. "Karena memiliki neraca yang kuat, memungkinkan untuk melakukan ekspansi secara lebih agresif, meningkatkan kapasitas maupun menambah spesialisasinya," terang Jono.
MIKA dan KLBF juga masuk pada saham pilihan Ratih di sektor kesehatan. Untuk saham MIKA, Ratih menyarankan speculative buy di area Rp 2.830 - Rp 2.850, dengan target harga pada resistance terdekat di Rp 3.050.
Untuk saham KLBF, Ratih merekomendasikan buy on weakness di area Rp 1.840. Target harga KLBF ada pada resistance terdekat di posisi Rp 1.950.
Selain itu, Ratih juga merekomendasikan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Saham HEAL bisa dibeli di area harga Rp 1.490 - Rp 1.500. Target harga ada pada resistance terdekat di level Rp 1.560.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News