Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
"Jika hujan La Nina mereda, kami berharap dapat mencapai panduan tahun 2022 seperti yang diuraikan. Kami berada di jalur dalam memenuhi DMO," kata Dileep kepada Kontan.co.id, Rabu (6/7).
Dari sisi penjualan, Dileep melihat permintaan batubara masih kuat di semester kedua. Efek perang Rusia-Ukraina masih menjadi faktor pendorong seiring sanksi pasokan bahan bakar fosil yang berasal dari Rusia.
Oleh sebab itu, pasar Uni Eropa bisa menjadi pertimbangan pada pada semester kedua ini. Meski, ada sejumlah tantangan yang perlu lebih dulu dihadapi.
Pertama, faktor cuaca yang bisa menghambat operasional produksi. Kedua, spesifikasi batubara yang dihasilkan dan campurannya di pasar tertentu. Ketiga, prioritas untuk memenuhi DMO.
Tantangan keempat, terbatasnya dukungan pendanaan dari bank atau lembaga keuangan dan investasi. "Ini bisa merugikan untuk menyelesaikan krisis energi serta untuk mengelola keamanan energi dan transisi yang teratur," sebut Dileep.
Di tengah posisi harga batubara yang masih pada level tinggi, BUMI pun mempercepat pembayaran utang. BUMI membayar Tranche A secara penuh pada kuartal 4 2022 dan memulai pembayaran yang signifikan dari Tranche B, selain mengubah Mandatory Convertible Bonds (MCBs) menjadi ekuitas.
"Sehingga mengurangi secara signifikan biaya bunga untuk bisa menambah keuntungan dengan struktur modal yang lebih seimbang," pungkas Dileep.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News