Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski jumlah penawaran yang masuk dalam lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara, Selasa (2/10) meningkat dibanding lelang dua pekan lalu, investor cenderung masih berhati-hati.
Ariawan, analis obligasi BNI Sekuritas mengatakan, meningkatnya jumlah penawaran yang masuk dalam lelang SBSN tersebut karena tekanan eksternal relatif mereda dibandingkan dua pekan lalu.
Sentimen perang dagang sudah tidak lagi menjadi fokus para investor dan konflik geopolitik cenderung mereda karena Kanada, Meksiko dan Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan untuk menggantikan perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA). Kesepakatan baru tersebut diberi nama USMCA, Perjanjian AS-Meksiko-Kanada.
Jumlah penawaran investor dalam lelang SBSN kali ini memang meningkat bila dibandingkan dengan lelang SBSN dua pekan lalu. Namun, Ariawan menjabarkan, rata-rata jumlah penawaran lelang SBSN pada empat kali lelang SBSN sebelumnya sebesar Rp 11,1 triliun.
Dengan begitu, jumlah penawaran investor pada lelang SBSN kali ini masih di bawah rata-rata tersebut. Ini berarti, investor masih cenderung berhati-hati untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia meski sentimen eksternal mereda dan imbal hasil yang ditawarkan atraktif.
Ariawan mengatakan, investor masih cenderung berhati-hati dan belum agresif masuk ke pasar obligasi domestik karena masih dibayangi ketidakpastian perang dagang AS dan China yang belum menemui titik terang.
Dalam lelang SBSN kali ini, Ariawan menilai, yield yang pemerintah menangkan juga relatif tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan lelang dua pekan sebelumnya. Contoh saja, seri PBS0012 memiliki yield rata-rata yang dimenangkan 8,71%. Sementara, di seri yang sama pada lelang SBSN dua pekan lalu, yield yang dimenangkan seri tersebut berada lebih tinggi di 8,87%.
Pada lelang SBN selanjutnya, Ariawan memproyeksikan, peningkatan jumlah investor yang masuk masih terbuka. Apalagi, di akhir tahun biasanya permintaan akan SBN cukup tinggi.
"Harusnya minat investor masuk ke pasar domestik cukup besar, karena yield SBN cukup menarik dibandingkan yield US Treasury yang perbedaannya mencapai 4,8%-5%," kata Ariawan.
Potensi investor masuk ke pasar obligasi domestik bisa naik bila didukung dengan meredanya sentimen eksternal. Jika volatilitas eksternal serta penguatan dollar AS masih berlanjut maka bisa menahan investor asing untuk masuk ke emerging market.
Total penerbitan SBN hingga saat ini telah mencapai Rp 641 triliun dari targetnya di Rp 799 triliun. Penerbitan SBN yang sudah capai 80% tersebut membuat pasokan surat utang di akhir tahun tidak tinggi dan bisa jadi katalis positif bagi pasar obligasi ke depan.
"Kalau suplai SBN tidak banyak lagi, yield bisa turun dan harga meningkat tetapi dengan asumsi permintaan yang masuk stabil seperti saat ini," kata Ariawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News