kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih ada peluang kenaikan harga logam pekan ini


Senin, 16 Maret 2015 / 06:43 WIB
Masih ada peluang kenaikan harga logam pekan ini
ILUSTRASI. Masjid Agung Banten menjadi ikon sejarah di kota Serang yang letaknya berada di kawasan kota lama.


Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Harga komoditas logam industri kompak rebound pada akhir pekan lalu. Penurunan yang sudah cukup tajam memicu pelaku pasar berburu di saat harga murah. Meski begitu, selama dollar AS masih melejit, prospek harga komoditas masih lesu dalam jangka panjang.

Data Bloomberg memperlihatkan, Jumat (13/3) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 1,37% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 1.772 per metrik ton (MT). Tapi, dalam sepekan harganya masih turun 0,56%. Bahkan, pada 11 Maret lalu, aluminium sempat jatuh ke level terendah setahun terakhir.

Pergerakan serupa terjadi pada timah yang rebound 0,49% ke US$ 17.310 per MT. Padahal, hari sebelumnya timah terjungkal ke level terendah sejak Juli 2010. Sepekan terakhir ini, harganya juga sudah jatuh 4,36%. Harga nikel juga naik 1,65% menjadi US$ 14.135 per MT pada Jumat lalu. Adapun, tembaga di LME naik 0,25% ke posisi US$ 5.858,5 per MT.

Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menyebut, harga komoditas sangat ditentukan pergerakan dollar AS. Nah, logam industri berhasil rebound di akhir pekan lalu lantaran otot dollar AS sempat mengendur setelah rilis data ekonomi AS meleset dari ekspektasi.

Indeks dollar naik memang lagi karena pelaku pasar menduga Bank Sentral AS akan memberikan sinyal kenaikan suku bunga pada FOMC meeting, Selasa ini. "Koreksi indeks dollar sesaat ini cukup memberi tenaga bagi komoditas logam untuk naik. Apalagi ada sinyal pemulihan ekonomi di China," jelas Wahyu.

Sebagai konsumen terbesar logam industri, perbaikan ekonomi Tiongkok akan membantu kenaikan harga komoditas. Pekan lalu, China mengumumkan penyaluran pinjaman baru bulan Februari 2015 senilai CNY 1,02 triliun, etara US$ 162,87 miliar. Ini di atas prediksi, CNY 755 miliar.

Namun, Hwang II Doo, Senior Metals Traders Korea mengatakan, masih terlalu dini menilai ekonomi China membaik. "Kita perlu melihat data bagus yang konsisten dari China,” katanya kepada Bloomberg, Jumat (13/3). Kenaikan harga logam industri juga terpicu aksi investor membeli di saat harga murah (bargain hunting).

Asal tahu saja, dibandingkan akhir tahun lalu, harga timah sudah tumbang 10,77%, nikel turun 6,70%. Sementara, aluminium sudah jatuh 4,35%, dan tembaga turun 7%. Di jangka menengah, harga komoditas akan berkonsolidasi hingga ada kepastian kenaikan suku bunga AS. "Harga naik dan turun dalam kisaran terbatas," ujar Wahyu.

Peluang naik

Menurut Ekonom Senior dan anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan, harga komoditas global masih tertekan, setidaknya hingga ada kepastian waktu kenaikan suku bunga di AS. Spekulasi kenaikan bunga memicu perburuan dollar AS.

Alhasil, dollar melejit, sehingga investor global harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli komoditas yang diperdagangkan dalam dollar AS. Padahal, negara importir terbesar komoditas, seperti China dan Eropa, sedang terpuruk. Akibatnya, pelaku pasar menahan diri membeli komoditas. Ada dugaan dollar AS masih akan bullish dalam 12 bulan mendatang. Ini buruk bagi komoditas. "Peluang rebound harga komoditas baru terbuka setelah The Fed mengerek suku bunga," kata Fauzi.

Meski prospek jangka panjang harga komoditas masih lesu, tapi ada peluang kenaikan pada pekan ini. Kenaikan mungkin terjadi jika hasil FOMC meeting tidak menyalakan sinyal kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. "Indeks dollar AS bisa terkoreksi, sehingga memberi peluang komoditas logam rebound," ujar Wahyu

Ia memprediksi, sepekan ini, harga aluminium bergerak di US$ 1.550-US$ 1.880 per MT. Harga tembaga bergulir antara US$ 5.600-US$ 6.200 per MT. Sementara, timah bisa di US$ 17.200-US$ 17.800 per MT dan nikel bergerak antara US$ 13.500-US$ 14.300 per MT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×