kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   36.000   1,82%
  • USD/IDR 16.860   -50,00   -0,30%
  • IDX 6.538   92,30   1,43%
  • KOMPAS100 939   12,04   1,30%
  • LQ45 730   8,52   1,18%
  • ISSI 209   2,52   1,22%
  • IDX30 378   3,03   0,81%
  • IDXHIDIV20 458   4,62   1,02%
  • IDX80 106   1,33   1,26%
  • IDXV30 113   1,41   1,27%
  • IDXQ30 124   0,78   0,63%

Logam terbentur dollar


Selasa, 30 Desember 2014 / 07:33 WIB
Logam terbentur dollar
ILUSTRASI. Ini 4 karakter e-shopahiolics yang perlu diketahui pelaku UKM.


Reporter: Dina Farisah, Dina Mirayanti Hutauruk, Namira Daufina | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Pergerakan harga komoditas logam sepanjang 2014 cenderung melambat. Faktor penguatan dollar AS di tengah kokohnya perekonomian Amerika Serikat (AS) menjadi pukulan terberat bagi komoditas logam.

Di antara tiga komoditas  logam yakni timah, nikel dan tembaga, hanya nikel yang harganya bertumbuh. Secara umum prospek harga logam tahun depan masih teradang oleh rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). Keputusan The Fed itu dapat memperkuat otot dollar AS dan menggerus harga komoditas.

Pasar juga masih lesu karena permintaan komoditas dari China selaku pengguna logam terbesar dunia belum pulih. Berikut pergerakan harga logam dan prospeknya pada tahun depan.

Timah

Pergerakan harga timah pada tahun ini masih tertekan. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang kian menurun di tengah rapuhnya perekonomian global.

Mengutip data Bloomberg, Rabu (24/12), harga timah di London Metal Exchange (LME) ditutup di level
US$ 19.050 per metrik ton naik 3,5% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Tapi sepanjang tahun ini, harga sudah terpangkas 14,7%.

Harga timah sempat menyentuh posisi terendah tahun ini pada Selasa (23/12) di posisi US$ 18.395 per metrik ton. Sedangkan harga tertinggi timah tercapai pada Rabu (2/7) yakni di posisi US$ 23.025 per metrik ton.

Deddy Yusuf, Market Strategist dan Analis PT Fasting Futures mengatakan, tekanan harga timah datang dari melambatnya pertumbuhan industri China dan Eropa yang menjadi pasar komoditas logam. Meski begitu, harga timah sempat terkerek akibat  kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah Indonesia. Kondisi ini memicu terganggunya suplai global.

"Sentimen negatif masih membayangi harga timah tahun depan, namun ada harapan harga timah terangkat oleh perbaikan ekonomi dan data manufaktur AS, sehingga menumbuhkan permintaan timah," jelas Deddy.

Deddy menduga harga timah hingga kuartal I-2015 naik di kisaran US$ 18.000-US$ 23.700 per metrik ton. Sementara prediksi harga timah hingga semester I-2015 berada di US$ 22.000-US$ 24.000 per metrik ton.

Nikel

Sepanjang tahun 2014, harga nikel bergerak cukup fluktuatif. Pada Rabu (24/12), harga nikel di LME kontrak pengiriman tiga bulan senilai US$ 15.335 per metrik ton atau turun tipis 0,74% dibanding hari sebelumnya. Namun sepanjang tahun ini harga nikel naik sebesar 10,32%.

Harga nikel terendah sepanjang tahun 2014 di level US$ 13.413 per metrik ton pada 9 Januari 2014. Sedangkan harga tertinggi di US$ 21.000 per metrik ton pada 13 Mei 2014.

Ibrahim, analis dan Direktur Equilibirium Komoditi Berjangka mengatakan, selain  konflik geopolitik di Ukraina harga nikel kenaikan harga nikel tersokong penerapan Undang-Undang Minerba di Indonesia sehingga ekspor nikel turun. "Bahan baku dari Indonesia banyak dikirim ke smelter Jepang untuk diolah lalu dikirim kembali ke dalam negeri," tambahnya.

Setelah konflik Ukraina dengan Rusia berakhir September, harga nikel turun. Sentimen kuat justru datang dari spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Dollar AS pun naik sehingga menekan harga komoditas. Di sisi lain, perlambatan ekonomi global terutama China membuat permintaan nikel menyusut.

Ibrahim memprediksi harga nikel hingga semester I-2015 masih akan tertekan di kisaran US$ 11.000-US$ 16.000 per metrik ton. Namun setelah bunga The Fed naik, harga nikel akan kembali menguat di US$ 15.000-US$ 17.000 per metrik ton.

Tembaga

Harga tembaga di tahun 2014 juga tergerus keperkasaan dollar AS. Pada Senin (29/12), pukul 15.03 waktu Hong Kong, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di LME senilai US$ 6.270 per metrik ton. Harga turun 0,51%  dari penutupan hari Rabu (24/12) yang senilai US$ 6.302 per metrik ton atau terendah sejak Juni 2010. Sepanjang tahun ini, harga tembaga telah tergerus 14,81%.

Walaupun begitu lalu harga tembaga sempat menyentuh level tertinggi di US$ 7.175 per metrik ton pada 3 Juli 2014.
Menurut Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures, faktor utama penurunan harga tembaga ke level terendah sejak empat tahun ini karena indeks dollar AS yang menyentuh level tertingginya di 90,14.

"Faktor seperti recovery perekonomian AS, rencana kenaikan suku bunga The Fed dan menguatnya index dollar AS menjadikan harga komoditas termasuk tembaga roboh di pasar," papar Wahyu.
Selain faktor AS, perlambatan ekonomi di China juga menahan laju tembaga. Ekonomi China kurang memuaskan di tahun ini jika tidak disebut jelek. Ada kecemasan pasar soal keadaan ekonomi China yang cenderung masuk ke fase krisis.

Wahyu memprediksikan trend bearish pada tembaga masih akan berlanjut di tahun 2015. Pada kuartal I-2015, harga mungkin akan bergulir di level optimistis US$ 6.000–US$ 7.000 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×