kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih ada harapan di saham lapis kedua


Jumat, 15 Februari 2013 / 14:55 WIB
Masih ada harapan di saham lapis kedua
Promo Pizza Hut 7-31 Oktober 2021,?combo 123 lebih hemat 40% dengan varian topping.


Reporter: Surtan PH Siahaan, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin menapak tinggi. Dus, beberapa harga saham emiten blue chips penggerak indeks di Bursa Efek Indonesia pun sudah memasuki level tertinggi dan sudah mencapai harga wajar.

Ambil contoh, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Berdasarkan konsensus analis yang dihimpun Bloomberg, target harga BBCA dalam 12 bulan mendatang sebesar Rp 9.747 per saham. Tapi, Kamis (14/2), harga BBCA sudah di level Rp 10.000 per saham. Pun begitu, saham PT Telekomunikasi

Indonesia Tbk (TLKM) sudah di posisi Rp 9.750 per saham. Padahal, rata-rata target analis yang disurvei Bloomberg adalah Rp 10.438 per saham sampai akhir 2013.

Toh, para analis, masih percaya, ada potensi kenaikan IHSG sampai akhir tahun. Tak hanya dari saham bluechips, saham lapis kedua juga masih layak menjadi pilihan karena harganya masih murah.

Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman menyebut, saham di sektor perbankan, properti, ritel dan infrastruktur masih bisa menjadi pilihan investor. Memang, kebanyakan sham blue chips harganya sudah kelewat tinggi.

Kondisi ini menjadi peluang emas untuk merotasi pilihan saham. "Kalau saham yang kita pegang sudah penuhi target return, sebaiknya dilepas di tengah kenaikan indeks," saran Norico.

Selanjutnya, bisa memilih saham second liner yang bisa memberi return tinggi. Biasanya, saham jenis ini akan naik setelah saham LQ 45 menyelesaikan tren bullish. Tapi, Norico menyarankan, investor tetap memperhatikan likuiditas saham emiten lapis dua tersebut.

Pilihan pertama yang bisa dilirik adalah saham sektor bank. Norico menjagokan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) pada saham bank lapis kedua. Sebab, saham ini memiliki rata-rata pertumbuhan laba 22% per tahun. Selain itu, Norico bilang, dengan harga saat ini di Rp 4.725 per saham, BTPN masih menjanjikan kenaikan harga hingga 26% di Rp 6.000 sampai akhir 2013.

Sementara, Kepala Riset Mandiri Sekuritas, John Daniel Racmat, menjagokan saham PT Bank Pembangunan Daerah Jatim Tbk (BJTM). Harga BJTM di Rp 410, menurut dia, masih murah. Prospek BJTM cukup cerah mengingat Jawa Timur penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar di Indonesia.

Emiten ekspansif

Kedua, sektor ritel. Pilihan John jatuh pada saham PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Ekspansi yang dilakukan oleh dua perusahaan ini dengan cara akuisisi akan berdampak positif pada kinerja ke depannya.
Mandiri Sekuritas memproyeksi, harga wajar TELE di Rp 810 dan ERAA di Rp 3.125. Kamis (14/2), harga saham TELE dan ERAA masing-masing Rp 600 dan Rp 2.800 per saham.

Ketiga, sektor properti. Reza Nugraha, analis MNC Securities bilang, saham lapis kedua sektor properti sudah mulai unjuk gigi. Sebab, secara industri memang cukup bagus. "Back log rumah di Indonesia masih cukup besar yaitu 24 juta unit," ujar Reza.
Beberapa saham yang jadi pilihan dia adalah PT Ciputra Properti Tbk (CTRP) dengan target Rp 970 dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) di harga
Rp 2.350 per saham. Kemarin SMRA dan CTRP masing-masing di harga Rp 820 dan Rp 1.960.

Sementara John merekomendasikan saham PT Modernland Realty Tbk (MDLN). Pendapatan dari hasil penjualan lahan kepada anak usaha PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) senilai Rp 3 triliun akan membuat ekspansi MDLN kian kencang. Ia memberi target harga MDLN bisa ke Rp 900. Kemarin saham MDLN di Rp 750.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×