kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masa paling krusial bisnis Bank Danamon


Rabu, 04 Februari 2015 / 08:07 WIB
Masa paling krusial bisnis Bank Danamon
ILUSTRASI. Petugas melayani pelanggan di Apotek Kimia Farma, Jakarta, Senin (24/10/2022). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Rintangan berat masih membayangi PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Laba bersih BDMN sepanjang tahun 2014 turun 35,64% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2,6 triliun.  

Penurunan kinerja BDMN ini telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Namun, analis menilai, penurunan kinerja akhir tahun lalu jauh dari estimasi awal. "Kami semula memperkirakan laba setelah pajak Bank Danamon mencapai Rp 2,9 triliun di sepanjang 2014," tulis Stephan Hasjim, Analis Indo Premier Securities dalam riset 30 Januari 2015. 

Hasil laba tersebut juga karena beban restrukturisasi di kuartal IV-2014. Manajemen BDMN menyebutkan, penurunan kinerja lantaran dua hal. Pertama, perubahan perhitungan pada pendapatan asuransi sesuai peraturan baru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2014. 

Perhitungan ini menyebabkan perseroan harus menanggung beban restrukturisasi dan merobek kocek senilai Rp 390 miliar. Namun menurut Direktur Keuangan BDMN Vera Eve Lim, hal tersebut akan berdampak baik dalam jangka panjang karena menjadikan  bank ini lebih produktif dan efisien. 

Kedua adalah fee income komisi asuransi dari anak usaha, Adira Finance yang dicatat secara bertahap. Berdasarkan aturan, pencatatan fee income komisi asuransi ini dilakukan secara bertahap di setiap tahun. Sehingga masih ada fee income komisi asuransi Rp 724 miliar belum bisa dibukukan sebagai penghasilan.

Analis Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja dalam riset pada 23 Januari 2014 menuliskan,  BDMN perlu meningkatkan efisiensi operasional untuk memperbaiki kinerja. Caranya, bank ini menutup jaringan cabang Danamon Simpan Pinjam (DSP), gadai, Adira Finance dan Adira Quantum. 

Sampai September 2014, BDMN telah berhasil menutup 283 cabang dari total 2.449. Tjandra menambahkan, efisiensi operasional BDMN ini berlanjut di tahun ini dengan menutup 100 kantor lagi.  

Analis Trimegah Securities, Angga Asitya Assaf mengatakan, meski berjuang meningkatkan bottom line dengan efisiensi, BDMN seharusnya tetap meningkatkan top line. 

Apalagi sepanjang tahun lalu, pendapatan bunga bersih BDMN hanya naik 1,25% menjadi Rp 13,77 triliun. Tak hanya itu, pertumbuhan kredit BDMN terbilang lamban, net interest margin juga cenderung rendah, sementara biaya kredit lebih tinggi. 

Sepanjang tahun lalu,  penyaluran kredit BDMN hanya tumbuh 2,7% yoy jauh di bawah industri 12%. Sementara rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di tahun lalu justru naik menjadi 2,3% dari 2013 di 1,9%.

Belum lagi BDMN harus dibebani dengan beban restrukturisasi. "Kalau perubahan perhitungan dari OJK dikecualikan, laba BDMN masih turun 15% yoy," ujar Stephan.

Tapi Stephan yakin, pendapatan BDMN masih akan naik menjadi Rp 20,23 triliun dengan laba bersih Rp 3,71 triliun. Sementara Tjandra memproyeksikan, pendapatan BDMN akan mencapai Rp 25,72 triliun hingga akhir tahun dengan laba bersih sebesar Rp 3,97 triliun. 

Stephan dan Angga merekomendasikan hold dengan target di Rp 4.100 dan Rp 3.600. Sedangkan Tjandra merekomendasikan netral di Rp 4.600. Saat bursa saham tutup Selasa (3/2), harga BDMN naik 4,46% ke Rp 4.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×