Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
Upaya lain yang diambil anak usaha Marta Tilaar Group ini adalah melalui pengembangan distribusi dari sole distributor menjadi multi distributor. Bryan bilang, untuk mendukung strategi multi distributor, MBTO akan membuat Gudang Pusat (DC) untuk mengatur kesesuaian produk antara kebutuhan dengan pengiriman agar bisa lebih efisien.
Baru-baru ini, MBTO juga telah melakukan kerjasama dengan PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) untuk memperluas jaringan distribusi. Lewat kerjasama ini, MBTO diproyeksikan bisa meningkatkan pertumbuhan bisnis modern trade sebesar 20-25% seiring dengan national coverage 100% di modern trade channel yang dimiliki TGKA.
Alhasil, produk-produk MBTO nantinya bisa terdistribusi dengan lebih luas, merata, dan lebih mudah didapat oleh konsumen di seluruh wilayah Indonesia.
Pada Agustus silam, MBTO juga telah melakukan penjualan aset senilai Rp 180 miliar ke PT Kosmetika Global Indonesia (Kosme) atau yang dikenal sebagai produsen MS Glow. Penjualan aset ini dilakukan guna memperbaiki cash flow perusahaan yang sempat terhambat siring turunnya penjualan.
Baca Juga: Meski pembatasan makin longgar, protokol kesehatan harus tetap ketat
“Waktu itu memang ada penjualan aset yang kami anggap sangat tidak produktif dan cash flow memang terganggu. Tapi, dengan tren penjualan yang lebih baik serta penjualan aset tersebut, sekarang cash flow MBTO sudah sangat jauh lebih baik,” jelas Bryan.
Selain memperbaiki cash flow, MBTO pada tahun ini juga berupaya untuk memperbaiki laba. Maklum, per 30 September lalu, MBTO masih membukukan rugi neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 66,5 miliar. Jumlah itu jauh lebih baik mengingat periode yang sama sebelumnya, kerugian MBTO mencapai Rp 82,36 miliar di 30 September 2020.
Bryan mengungkapkan, salah satu hal yang dilakukan untuk memperbaiki laba adalah dengan meninjau profitabilitas channel. Seperti menutup outlet yang tidak menguntungkan, terutama di beberapa department store, seiring dengan kondisi pandemi yang masih berjalan.
"Outlet yang tidak menguntungkan mau tidak mau harus kami tutup. Apa lagi di masa pandemi ini, ada beberapa yang ditutup, karena kalau tetap dibuka juga rugi. Jadi kami fokus kepada yang sangat menguntungkan saja," tutupnya.
Selanjutnya: Ini pandangan pebisnis terhadap vaksin booster Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News