Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Ketakutan bahwa pemerintah AS dan Jepang akan mengurangi stimulus ekonomi mengirim kegalauan di pasar surat utang pada hari Senin (23/7), sementara saham AS naik menjelang laporan laba perusahaan besar.
Imbal hasil obligasi naik karena investor memperkirakan Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga seiring pertumbuhan yang lebih kuat dan tekanan inflasi, meskipun dikritik Presiden AS Donald Trump.
Sebelumnya, laporan Reuters yang menyebut Bank of Japan (BoJ) sedang membahas memodifikasi program stimulus besar telah mengirim imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun Jepang melonjak mendekati level tertinggi enam bulan.
Laporan itu menghidupkan kembali keraguan apakah bank-bank sentral akan terus memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Investor juga semakin tertekan oleh meningkatnya proteksionisme.
Imbal hasil surat utang AS bertenor 10-tahun mencapai lebel tertinggi dalam sebulan, diperdagangkan pada 2,9615%.
"Yang menjadi perhatian investor adalah perubahan dari pelonggaran kuantitatif global ke pengetatan kuantitatif global," kata Rory McPherson, kepala strategi investasi Psigma Investment Management Ltd.
Indeks dolar naik 0,19% dari posisi terendah dua minggu yang terbentuk setelah Trump mengkritik kenaikan suku bunga Fed dan menuduh Uni Eropa dan China memanipulasi mata uang mereka.
Beijing mengatakan tidak bermaksud mendevaluasi yuan untuk membantu ekspor.
"Kami melihat berita terbaru tentang kebijakan perdagangan sebagai petunjuk terus meningkatnya risiko eskalasi antara AS dan China, dan fokus baru dari pemerintahan Trump pada masalah mata uang," kata analis Goldman Sachs.
Peringatan Trump pekan lalu tentang kenaikan suku bunga yang berlebihan juga memperlebar kembali kesenjangan antara return surat utang jangka pendek dan jangka panjang.
Kurva imbal hasil "tajam" dipercepat pada hari Senin (23/7), dengan imbal hasil Treasury 30-tahun 0,46% poin lebih tinggi dari surat utang tenor 2 tahun. Ini merupakan jarak terbesar kedua imbal hasil tersebut dalam hampir sebulan.
Kebijakan Fed mendorong return surat utang jangka pendek, sementara ekspektasi inflasi dan pertumbuhan menggerakkan return surat utang jangka panjang. Sebelum ini, beberapa kalangan investor melihat kesenjangan imbal hasil surat utang jangka pendek dan jangka panjang yang kian menipis tahun ini merupakan isyarat resesi.
Saham AS naik tipis
Ancaman Trump untuk menampar bea atas semua US$ 500 miliar impor AS dari Cina memicu aksi jual di pasar saham global.Namun, S&P 500 berhasil meraih laba berpotensi blockbuster.
Indeks saham MSCI secara global turun 0,01%, dengan ekuitas secara luas lebih rendah di Eropa, Jepang, dan pasar negara berkembang.
Dow Jones Industrial Average turun 13,83 poin (-0,06%) menjadi 25.044,29. S&P 500 naik 5,15 poin (0,18%) menjadi 2.806,98. Nasdaq Composite menambahkan 21,68 poin (0,28%) menjadi 7.841,87.
Minggu ini investor bersiap membaca banjir laporan keuangan, termasuk kinerja Facebook Inc. Pertemuan tentang tarif antara Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker dan Trump juga akan menjadi perhatian utama.
Minyak dan emas turun
Harga minyak turun setelah mengalami kenaikan sebelumnya. Arab Saudi dan produsen lain dapat meningkatkan produksi sebelum batas waktu November bagi negara-negara untuk mematuhi sanksi AS terhadap penjualan minyak mentah Iran, kata para pedagang.
Minyak mentah AS menetap 0,54% pada US$ 67,89 per barel dan Brent berdetak turun 0,01% menjadi US$ 73,06.
Baik tembaga dan emas mendekati posisi harga terendah satu tahun. Tembaga, salah satu komoditas yang paling sensitif terhadap ketegangan perdagangan- kehilangan 0,32% diperdagangkan pada US$ 6,128.00 per ton.
Harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi US$ 1,224.31 per ounce. Dollar AS yang menguat membuat logam, yang dihargai dalam dolar, lebih mahal bagi pembeli internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News