Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati tengah mengalami penguatan, harga emas masih rawan kembali ke dalam tren melemah. Alasannya, secara fundamental, harga emas masih diselimuti sentimen kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) serta prospek ekonominya yang diproyeksi stabil menguat.
Analis Monex Investindo Faisyal, berpendapat, penguatan yang tengah dialami emas saat ini sejatinya terbatas. Di tengah prospek kenaikan suku bunga acuan AS yang diperkirakan masih akan ada dua kali lagi sampai akhir tahun, harga emas masih rentan melemah kembali.
"Cuitan Trump yang memicu tensi perang dagang serta memanaskan lagi hubungan dengan Iran itu sentimen situasional. Sentimen fundamentalnya tetaplah prospek kenaikan suku bunga dan outlook ekonomi AS yang positif," ujar Faisyal, Senin (23/7).
Untuk perdagangan besok, Selasa (24/7), rilis data penjualan rumah AS dapat menjadi sentimen buat kelanjutan gerak harga emas. "Ekspektasinya positif, jadi kalau hasilnya sesuai ekspektasi, ada potensi harga emas terkoreksi," kata Faisyal.
Secara teknikal, Faisyal juga melihat harga emas sejatinya masih ada dalam tren melemah. Harga saat ini masih bergerak di bawah garis Moving Average (MA) 50,100, maupun 200. Begitu pun dengan indikator MACD yang masih berada di teritori negatif pada level 0,891.
Sementara, indikator stochastic ada di posisi 39,08 dan RSI berada di level 58,21.
Faisyal memproyeksi, besok, emas akan bergerak dalam rentang US$ 1.214 - US$ 1.243 per ons troi. Sepekan ke depan, ia memproyeksi harga emas berkisar di US$ 1.195 - US$ 1.270 per ons troi.
Mengutip Bloomberg, hari ini Senin (23/7) pukul 18.04 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2018 di Commodity Exchange (Comex) melemah tipis 0,07% ke level US$ 1.230,20 per ons stroi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News