kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Margin sejumlah emiten terancam kenaikan harga batubara, ini rekomendasi dari analis


Jumat, 17 September 2021 / 07:50 WIB
Margin sejumlah emiten terancam kenaikan harga batubara, ini rekomendasi dari analis


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju harga batubara masih belum terhentikan. Harga batubara ICE Newcastle sudah berada di level US$ 176,55 per ton pada Rabu (15/9), yang merupakan harga tertinggi tahun ini. Harga ini sudah melesat 121,93% % dari harga akhir tahun 2020 di level US$ 79,55 per ton.

Kenaikan harga batubara ini menjadi momok tersendiri bagi sejumlah emiten yang menggunakan batubara sebagai sumber bahan bakar, sebut saja emiten tambang nikel seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan emiten semen seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR).

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, realisasi margin emiten pasti akan tergerus apabila tidak disertai dengan kenaikan harga jual. Untuk industri semen, Chandra menyebut eksposur terhadap batubara cukup tinggi, yakni berkontribusi sekitar 30-40% terhadap total biaya.

Chandra melanjutkan, sejumlah emiten semen seperti INTP menerapkan strategi penggunaan energi alternatif untuk meminimalkan kenaikan harga batubara. Meski demikian, penggunaan energi alternatif tersebut tidak sepenuhnya menggantikan batubara.

Baca Juga: Harga nikel kembali menguat, berikut rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO)

“Mungkin sekitar 5%-10% biaya (cost) yang mungkin disubstitusikan dengan batubara,” terang Chandra kepada Kontan.co.id, Kamis (16/9).

Untuk itu, emiten semen dinilai perlu mempertimbangkan kenaikan harga, yang mungkin sulit dilakukan karena industri semen saat ini masih dalam keadaan kelebihan pasokan (oversupply). “Maka jalan keluarnya adalah tidak menaikkan harga sehingga margin berkurang,” terang dia.

Senada, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menilai, melajunya harga batubara global membawa kekhawatiran pada margin profitabilitas INTP. Meskipun Mimi menilai INTP dapat memitigasi kenaikan harga batubara dengan melakukan efisiensi biaya, tetap saja Mimi memperkirakan margin kotor INTP tahun ini akan menurun dari tahun lalu. 

Sebagai perbandingan, harga rata-rata batubara pada tahun 2020 relatif rendah, terutama pada kuartal III-2020 tahun lalu. Alhasil, Mirae Asset Sekuritas merevisi perkiraan margin profitabilitas INTP.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham Matahari Putra Prima (MPPA) dari CGS CIMB Sekuritas

Mimi memperkirakan margin kotor INTP tahun ini akan berada di angka 34,6%, menurun dari margin tahun lalu di angka 36,1%. Mimi merekomendasikan beli saham INTP dengan target harga Rp 12.600.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×