kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Manulife Aset Manajemen Indonesia unggulkan reksadana saham dan pendapatan tetap


Kamis, 02 Mei 2019 / 16:38 WIB
Manulife Aset Manajemen Indonesia unggulkan reksadana saham dan pendapatan tetap


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memandang prospek ekonomi Indonesia akan tumbuh atau setidaknya sama seperti tahun lalu. Sehingga kinerja reksadana saham dan pendapatan tetap diproyeksi masih menggiurkan.

Chief Economist&Invesment Strategies PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Seriawan mengatakan pertumbuhan saham di indonesia dalam empat bulan ini positif serta tren dana asing yang masuk lebih bagus daripada tahun lalu sehingga reksadana saham makin oke.

Alasannya valuasi saham-saham saat ini sudah cukup menarik, laba korporasi cenderung bertumbuh, berakhirnya ketidakpastian politik, serta sentmen ekspektasi ekonomi setelah pemilihan presiden (pilpres).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara year to date (ytd) terpantau tumbuh 3,05%. Tetapi dalam sebulan ke belakang anjlok 1,32%. Katarina meramal akhir tahun ini IHSG akan bergerak di level 6.900-7.100, didukung outlook ekonomi Indonesia akan membuat proyeksi IHSG di tahun ini tumbuh, kecil kemungkinan untuk melemah.

Katerina menegaskan dalam jangka pendek para investor lebih baik menanam reksadana saham secepat mungkin. Sebab, saat Ramdhan nanti indeks saham secara tren akan cenderung sepi.

Tak kalah bergelimang sentimen positif, pasar obligasi diramah bakal menguntungkan. Sebab, pengetatan moneter The Fed tidak seagresif tahun lalu, sehingga membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga.

Selanjutnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah mereda, stabilitas rupiah semakin terlihat. Berdasarkan data Bloomberg nilai tukar rupiah secara ytd menguat 1,23%.

Tetapi dalam sebulan ke belakang rupiah melemah 0,19%. Katarina meramal rata-rata nilai tukar rupiah masih aman ditahun ini di kisaran Rp 13.600-Rp 14.500 per dollar Amerika Serikat (AS).

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI terakhir suku bunga acuan BI atau BI 7-DRR masih di level 6%. 
Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI, Erza Nazula mengatakan kemungkinan BI 7-DRR di tahun ini kemungkinan akan dipangkas mengingat sikap dovish beberapa bank central dunia, sehingga pasar obligasi jadi menggiurkan.

“Narasi dovish The Fed membuka peluang bagi BI untuk melakukan pemangkasan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, selama data makro ekonomi masih terjaga dan rupiah stabil dan suportif,” kata Erza, Kamis (2/5).

Sejauh ini target obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun masih berada di kisaran 7%-7,5%. Target ini masih bisa turun jika BI memangkas suku bunga.Pemangkasan suku bunga diperkirakan akan menguntungkan obligasi bertenor pendek dan panjang.

Kata Erza, tenor pendek cenderung lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga, akan bergerak lebih dulu dengan besar penurunan imbal hasil dipengaruhi seberapa besar ekspektasi penurunan suku bunga acuan yang mana imbal hasil tenor panjang akan mengikuti.

Katarina optimistis Asia diperkirakan menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2019 dan 2020. Indonesia menunjukkan stabilitas yang berkelanjutan seperti percepatan pembangunan infrastruktur dalam lima tahun terakhir terbukti efektif dalam membantu meningkatkan konektivitas dan memangkas biaya logistik.

Nah, kawasan Asia didukung dengan proyeksi ekonomi yang mengatakan pertumbuhan ekonomi negara Adidaya bakal melamban. Berbeda dengan tahun lalu, The Federal Reserve System (The Fed) dan European Central Bank (ECB) cenderung dovish. Meski memang, The Fed tampaknya masih tampak percaya diri dengan tingkat pengangguran rendah, pertumbuhan upah yang meningkat, dan keyakinan konsumen yang tinggi.

“Tekanan bagi The Fed dan ECB untuk menaikkan suku bunga akan berkurang membuat negara emerging market untung,” kata Katarina dalam diskusi yang diselenggarakan di Kantor MAMI Jakarta, Kamis (2/5). 
International Monetary Fund (IMF) pun memprediksi pertumbuhan ekonomi di Asia akan tumbuh sebesar 6,3%.

Ekonomi Indonesia menunjukkan stabilitas yang berkelanjutan. Hal ini tercermin dari beragam indikator makro ekonomi yang ada di tahun lalu. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia terus tumbuh ke level 5,17%. Angka pengangguran di level 5,34% merupakan level terendah dalam 20 tahun ke belakang. 

Inflasi terkendali di level 2,48% pada Maret 2019, dan investasi tumbuh cukup solid sebesar 6,01% di tahun 2018.

Namun, defisit neraca berjalan melebar menjadi 2,98% terhadap PDB di tahun 2018, karena tingginya impor sejalan dengan kuatnya permintaan domestik di tengah kinerja ekspor yang terbatas. 

Guna mengurangi ketergantungan ekspor komoditas, pemerintah menetapkan lima sektor prioritas pada manufaktur yakni otomotif, tekstil, elektronika, kimia, serta makanan dan minuman.

Sementara itu, sektor-sektor yang diuntungkan dari fokus pemerintah untuk mendorong industrialisasi dan ekspor non-komoditas di antaranya adalah industri otomotif, perbankan, semen, properti, dan logam. Sejalan dengan pemerintah, Kata Katerina MAMI pada tahun ini akan fokus ke saham dan obligasi tersebut.

Sampai dengan akhir tahun lalu MAMI membukukan asset under menagement (AUM) sebanyak Rp 68,1 triliun dibanding tahun 2017 sebesar Rp 65,1 triluin. Dengan komposisi reksadana pendapatan tetap sebanyak 48%, reksadana saham 41% sisanya dari reksadana pasar uang dan campuran.

Tetapi tantangan tak dipungkiri masih menghadang MAMI, seperti program obligasi ritel yang makin banyak tahun ini. Erza berpendapat sejauh ini, sentimen dari pemerintah tidak berdampak banyak terhadap AUM MAMI. 

“Konsep obligasi ritel pemerintah lebih ke tabungan, sementara MAMI investasi yang mayoritas jangka panjang,” tutur Erza.

Sampai dengan akhir tahun ini MAMI belum bisa membeberkan berapa target AUM saat ini. Yang jelas mereka optimistis akan tumbuh dengan strategi dan stimulus yang ada melalu empat jenis reksadananya. “Jejauh ini belum ada rencana buka yang lain, bisa saja reksadana indeks atau yang lain,” kata Katarina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×