Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asep M. Saepul Islam yang kerap dipanggil Mang Amsi adalah founder Komunitas Saham Syariah yang lebih dari 10 tahun berjibaku di pasar modal, khusus berinvestasi di saham-saham syariah.
Slogan yang selalu diutarakannya saat seminar atau kelas adalah memasyarakatkan saham syariah dari belantara untuk nusantara. Tentunya slogan ini punya sejarah yang cukup panjang.
Dulu sebelum Mang Amsi mengenal pasar modal, ia adalah seorang guru bahasa Arab, tahfiz, dan fahmil Qur’an di Madrasah 3 Cianjur. Mang Amsi tinggal di Cianjur Selatan, rumahnya di tengah hutan belantara. Katanya perjalanannya menuju sekolah, harus melewati beberapa hutan yang gelap dan harus berangkat mendahului matahari.
Baca Juga: Simak tips aman berinvestasi saham ala founder komunitas Investor Saham Pemula
Awal mula ia berkenalan dengan pasar modal pada 2007.Ketika itu Mang Amsi baru berkeluarga. Momen yang membuatnya ingin tahu tentang investasi ketika mengantarkan orang tuanya mengambil dana pensiun. Di situ ia melihat banyak pensiunan yang gajinya tidak memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga banyak yang harus ditanggung oleh anak-anaknya.
Mang Amsi tidak mau seperti itu, ia ingin bisa menjadi orang tua yang mandiri bahkan tetap bisa memberi uang kepada anaknya kelak. Akhirnya ia mulai mencari di google tentang investasi dan instrumennya seperti apa.
Mang Amsi mengakui terinspirasi dari sosok Eyang Soertman Doerachman yang usianya jauh lebih tua tapi masih bisa memberdayakan diri sendiri dari investasi. Akhirnya, Mang Amsi membuat langkah berani dengan berinvestasi di reksadana unitlink dan beberapa produk lainnya.
Setahun berinvestasi, ia harus ikhlas menelan pahitnya merugi ratusan juta. Mang Amsi mengakui pada awal berinvestasi ia sporadis memilih portfolio sahamnya. Ia tidak mempertimbangkan risiko dan asal masuk ke saham yang diramalkan akan naik. Tapi nyatanya, investasi tidak semudah hanya mengikuti rekomendasi.
Pada masa gelapnya karena merugi, “Saya jadi tukang dagang. Dagang apa saja, kayak produk herbal, buku, makanan ringan untuk menebus kebangkrutan. Walaupun modal saya cuma tersisa 20% tapi keinginan saya tetap kokoh untuk kembali berinvestasi,” ceritanya di perhelatan Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2019, Sabtu (24/8).
Belajar dari kesalahannya, Mang Amsi lebih hati-hati dan perhitungan memilih saham. Ia bilang tidak mau lagi masuk saham abal-abal. Lewat pengalaman gagal dan diskusi dengan banyak investor lain salah satunya Eyang Soeratman, Mang Amsi mendapat banyak pelajaran yang berharga.
Mang Amsi sadar di saat ia sudah memutuskan mengalihkan asetnya ke saham yang pertama dipikirkan bukan untung berapa, tapi siap rugi berapa. Menurutnya banyak orang yang berpikir risiko main saham itu besar, padahal risiko itu bisa diukur dan diatur. Jadi yang terpenting adalah investor musti sadar kalau tidak ada saham yang benar atau bagus, tapi adanya saham apa yang cocok.
Akhirnya ia mulai mencicipi manisnya berinvestasi. Mang Amsi menyatakan dirinya bangga bisa membuktikan seorang guru pedalaman dapat mencicipi kue besar pasar modal.
Ia mengakui sudah mencoba banyak instrumen investasi, tapi lebih memilih saham karena pertumbuhan jangka panjangnya menarik dan likuiditasnya yang bisa dicairkan kapan saja. Dalam memilih saham ia lebih melihat dari fundamentalnya baik dari sisi kualitatif dan kuantitatifnya.
Kuantitatif adalah melihat pertumbuhan laba, pendapatan dan rasio utangnya, sedangkan kualitatif melihat bagaimana daya saing produk perusahaan itu dan prospeknya ke depan.
Baca Juga: Ini kriteria saham pilihan Frisca Devi, pendiri komunitas investor saham pemula
Hingga saat ini, nama Mang Amsi populer di kalangan investor saham syariah baik dari Indonesia maupun luar negeri. Setelah banyak belajar dan berhasil berinvestasi, Mang Amsi bersama dengan kedua kerabatnya membentuk komunitas Saham Syariah yang pengikutnya sudah jutaan.
Platform E-class nya sudah diikuti 3.726 user dengan 6 kelas yang aktif, kemudian forum telegramnya sudah membuat 3.400 channel forum. Lalu Instagramnya sudah ada 5.200 followers organik, dan fans page Facebook lebih dari 4.000 orang yang aktif mengikuti sosialisasi.
Selain itu Mang Amsi bersama tim dan juga Bursa Efek Indonesia (BEI) juga konsisten menyelenggarakan workshop dan seminar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News