Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mandiri Sekuritas melihat pandemi Covid-19 membuat para calon emiten cenderung wait and see untuk terus melanjutkan proses penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) untuk melihat dampaknya terhadap kondisi pasar.
Direktur Mandiri Sekuritas Silva Halim menjelaskan di tengah kondisi pasar dengan ketidakpastian yang cukup tinggi saat ini, calon emiten memang perlu mempertimbangkan situasi pasar dan faktor-faktor eksternal untuk mendapatkan momentum terbaik dalam melakukan IPO.
Baca Juga: IHSG terkoreksi 0,74% ke 4.671,822 perdagangan sesi pertama, Rabu (15/4)
Ketidakpastian pasar yang cukup tinggi dilihat dari sentimen risk-off yang menyebabkan valuasi pasar saham tergerus. Pergerakan bursa dunia dalam dua minggu terakhir sudah menunjukkan redanya panic selling.
Hal ini didorong juga oleh komitmen kuat dari berbagai negara yang ditunjukkan oleh paket stimulus yang cukup besar. Ditambah dengan indikasi awal memuncaknya perkembangan virus di beberapa negara Eropa dan juga negara bagian Amerika Serikat (AS) seperti New York.
"Indikator utama perbaikan sentimen investor di bursa sama di kondisi seperti ini adalah penanganan dari krisis kesehatannya. Karena hal ini yang menentukan besaran dampak ekonominya," jelas Silva kepada Kontan.co.id, Senin (13/4).
"Tentunya setelah wabah ini mereda, dalam kurun waktu yang tergolong reasonable, recovery dari bursa saham dapat tergolong cepat karena krisis ini sifatnya event-driven," sebutnya.
Baca Juga: Genjot jumlah investor, Mandiri Sekuritas tingkatkan online account opening
Sementara itu, stimulus fiskal dan moneter global yang agresif diharapkan memberikan angin segar bagi bursa saham di Indonesia, di mana fokus juga akan berbalik menjadi kondisi fundamental Indonesia yang menarik dengan rencana menarik investasi riil melalui Omnibus Law yang sedang dikaji.
Oleh karena itu, jika pandemi global sudah teratasi, rencana untuk IPO dapat dipertimbangkan lagi.