Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Tarik ulur kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu ternyata berpengaruhnya bagi pasar modal dalam negeri. Ada pendapat, kenaikan harga BBM membuat kinerja bursa sulit berlari kencang.
John Rahmat, Kepala Riset dari PT Mandiri Sekuritas (Mansek) memproyeksikan, dampak kenaikan harga BBM itu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu bertengger di level 4.200 saat akhir tahun nanti.
Sebelumnya, saat belum ada kepastian kenaikan harga BBM subsidi itu, John memproyeksikan IHSG hanya mampu bertengger di 4.000 pada akhir tahun ini. "Jadi, kami revisi target tersebut, IHSG ada level 4.200 di akhir tahun nanti," kata John, Rabu (24/7).
Ia menjelaskan, kenaikan harga BBM akan membuat pasar mengalami penurunan konsumsi selama dua atau tiga bulan ke depan. Tapi, dengan harga BBM yang baru, maka efisiensi ekonomi bakal lebih mudah dicapai.
Oleh sebab itu, John menyatakan, untuk jangka panjang pasar saham lokal akan berada dalam tren bullish. Nah, sembari menunggu masa konsolidasi kenaikan harga BBM usai, John mengimbau investor melirik saham-saham defensif seperti saham sektor konsumer.
Sektor ini sebenarnya memiliki kemungkinan terpengaruh performa keuangannya, namun penyebabnya lebih kepada pelemahan rupiah. Maklum, mayoritas perusahaan konsumer memperoleh bahan bakunya dari impor yang dibeli dengan dolar AS.
"Memang benar seperti itu. Tapi, jika nama perusahaannya sudah besar maka produknya tidak akan ditinggalkan orang meski harganya sudah naik," jelas John.
Selain sektor konsumer, saham sektor otomotif juga patut menjadi pertimbangan. Jika dikerucutkan, maka John memprediksi, saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) bisa dijadikan pilihan saat ini.
Walaupun emiten ini kurang oke karena penjualannya mengalami penurunan beberapa waktu terakhir lalu, namun John yakin target bisnis IMAS akan mampu berkibar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News