Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dalam risetnya yang dirilis hari ini (2/3), Mandiri Sekuritas memberikan rekomendasi netral untuk industri perbankan.
Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut. Misalnya saja, Bank Indonesia kemungkinan akan menerapkan strategi frontloading. "Jika ingin melonggarkan kebijakan moneternya, aksi tersebut diprediksi akan dilakukan pada paruh pertama 2016 saat inflasi dan rupiah tetap stabil," jelas Leo Rinaldy, ekonom-riset Mandiri Sekuritas.
Menurutnya, secara umum, inflasi year on year akan tetap berada di kisaran 4% pada semester I 2016.
Selain itu, Leo juga menilai ada ruang lebih besar bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya karena kondisi likuiditas yang ketat.
Hal tersebut dapat dilihat dari ekses likuiditas rupiah yang sangat rendah (very low excess rupiah liquidity), yang dapat dihitung dari dana pihak ketiga minus kredit minus giro wajib minimum (GWM).
"Per Januari 2016, penghitungan kami nilainya hanya Rp 19 triliun vs Rp 242 triliun rerata Januari 2010–2014," tambah Leo.
Memang, ada kebijakan penurunan GWM 50 bps yang akan efektif bulan ini dengan melepas likuiditas Rp 36 triliun. Tetapi sebagian akan ditutup oleh aturan baru yang mewajibkan minimal penempatan portofolio pada obligasi pemeirntah bagi asuransi umum (20%), asuransi jiwa (30%), dana pensiun (30%), dan BPJS Tenaga Kerja (30%).
"Tanpa perubahan kebijakan, ketatnya kondisi akan tetap berlangsung karena crowding out effect. Karena itu, kami merevisi prediksi BI rate menjadi 6,5%, mencerminkan penurunan 50bps pada 1H16 yang menjaga rerata real interest rate 2%. Kami meyakini bank sentral juga akan menurunkan GWM rupiah minimal sebesar 50 bps lagi tahun ini," prediksinya.
Terkait hal tersebut, Mandiri Sekuritas masih netral untuk industri perbankan dengan pilihan utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, Rp 4.990, TP Rp 5.900) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN, Rp 1.600, TP Rp 1.750).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News