Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham China menjadi salah satu yang diandalkan untuk mengisi portofolio reksadana kelolaan manajer investasi di dalam negeri. Misalnya, PT CIMB Principal Asset Managemen (CPAM) yang menaruh cukup besar aset reksadana CIMB Principal Islamic Asia Pacific Equity Syariah di bursa China.
Mauldy Rauf Makmur Director Chief Marketing Officer CIMB Principal Asset Management mengatakan, ada sekitar 40% proporsi investasi pada perusahaan yang berbasis di China.
Sektor teknologi informasi, material dan energi menjadi pilihan utama untuk investasi. "Di tengah meningkatnya tren digitalisasi dan pertumbuhan ekonomi dunia, sektor tersebut jadi pilihan kami," kata Mauldy, Kamis (15/2).
Ia meyakini digitalisasi tetap menjadi tema besar di tengah meningkatnya penetrasi teknologi di Asia. Alibaba Group Holding dan Tencent Holding jadi perusahaan berbasis teknologi informasi yang menjadi top holding produk kelolaan CPAM. Sementara, sektor material dan energi akan diuntungkan dengan adanya pertumbuhan ekonomi dunia yang meningkat.
Alasan CPAM cukup besar mengalokasikan aset di China karena pertumbuhan ekonomi negara tersebut didukung oleh jumlah penduduk yang besar. Kecanggihan teknologi di China juga membuat dominasi negara tersebut semakin signifikan.
Sebagai gambaran, Mauldy mengatakan, menurut Asian Development Bank (ADB) porsi ekonomi Asia pada ekonomi dunia kini berada di bawah 30% dan akan menjadi sekitar 50% pada 2050. "Porsi ekonomi Asia ini didominasi oleh China," katanya.
Di sisi lain, bursa China memberikan kesempatan untuk diversifikasi dan memberikan fleksibilitas tinggi dalam pemilihan investasi. Saat ini, kapitalisasi pasar saham China mencapai US$ 7,01 triliun, lebih tinggi dari Jepang yang hanya US$ 5,71 triliun dan Indonesia senilai US$ 474 miliar.
Manajer investasi lainnya yang juga menempatkan dananya di pasar China, yaitu PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI). Produk besutan MMI, yaitu Mandiri Global Sharia Equity Dollar memiliki sekitar 5% dari total exposure ke China melalui indeks Hang Seng di Hongkong.
Chief Investment Officer (CIO) MMI Alvin Pattisahusiwa menjelaskan, aset alokasi ke bursa Hang Seng terdiversifikasi ke sektor teknologi, infrastruktur dan energi. Beberapa saham yang dipilih adalah Tencent, Alibaba, dan Shenhua.
"China merupakan salah satu yang mewakili kinerja bursa di emerging market dan kami melihat momentum perbaikan ekonomi global akan mulai terasa di emerging market," papar Avin, Kamis (15/2). Ekonomi China, menurut Alvin, mulai berkinerja stabil di kisaran 6,5%-6,8%.
Alasan MMI tertarik mengembangbiakkan aset investasi reksadana offshore di bursa China, karena valuasi price earning to ratio (PER) di China yang sebesar 13,15 kali, masih lebih rendah dari valuasi global yang sebesar 16 kali. "Masih ada momentum pertumbuhan, maka peluang di China masih cukup baik," kata Alvin.
Per akhir Januari 2018, reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar memiliki porsi portofolio terbesar di Amerika Serikat yaitu 58,06%. Diikuti, porsi aset di Jepang sebesar 7,79%, Uni Eropa 6,54% dan lainnya sebesar 27,01%. Total aset di reksadana ini ditempatkan pada 14-16 negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News