Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai negara penggerak ekonomi terbesar kedua di dunia, China memiliki rekam jejak pasar saham yang sangat besar. Bagaimana cara membaca pergerakan bursa saham di kawasan tersebut?
Mengutip statistika BEI, indeks Hang Seng (HSI) di bursa Hong Kong periode mencatatkan kenaikan sebesar 34,58% year on year per 14 Februari 2018. Sejumlah saham penggerak utama perdagangan yaitu nama-nama yang familiar, seperti China Construction Bank Corp dan Tencent Holdings Ltd.
Sedangkan, Shanghai Stock Exchange (SSE) pada periode yang sama hanya naik 1,63% yoy. Menurut situs sse.com.cn, kapitalisasi pasar SSE kini senilai 32,37 milliar yuan.
Nico Omer Jonckheere, VP Research & Analysis Valbury Asia Futures bilang, sentimen penggerak untuk kedua bursa ini berbeda. Sentimen penggerak Hang Seng cenderung mengikuti gerak bursa Amerika Serikat (Wall Street), sedangkan bursa Shanghai dipengaruhi oleh isu domestik. "Seperti pengetatan likuiditas, penutupan perusahaan di sektor yang oversupply ataupun kurang efisien, dan tindakan pemerintah untuk mengurangi korupsi," jelas Nico, hari ini.
Regulasi pemerintah Mainland China memang cenderung lebih ketat terhadap indeks dibandingkan dengan aturan bursa Hong Kong yang lebih terbuka.
Meski kenaikan SSE terbilang mini dibandingkan HSI, bukan berarti performa korporasi dan fundamental di China sedang turun. China justru sedang menggarap proyek akbar, One Belt One Road (OBOR), yang merevitalitasi Jalur Sutra dengan menggandeng puluhan negara di Asia, Eropa dan Afrika.
China berniat mengumpulkan dana akbar untuk proyek tersebut. Setidaknya hingga Mei 2017, dana terkumpul dari China telah mencapai 540 milliar yuan. Presiden China Xi Jinping juga mendorong institusi finansial China untuk memperluas bisnis pendanaan mancanegara demi menambah kas. "Kebanyakan dari proyek ini juga akan dikerjakan oleh perusahaan China atau menggunakan pinjaman dari bank China," lanjut Nico.
Dengan demikian, menurut Nico, sektor yang menarik di SSE adalah infrastruktur. Selain itu, sektor fast moving consumer good (FMCG) juga berpeluang naik seiring daya beli yang meningkat. Kemudian, sektor komoditas yang terkerek tingginya permintaan dan pelemahan dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News