kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Manajer investasi banjiri SBN


Jumat, 26 Agustus 2016 / 13:24 WIB
Manajer investasi banjiri SBN


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sejak awal tahun 2016, manajer investasi terus berburu Surat Berharga Negara (SBN).

Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 24 Agustus 2016, kepemilikan reksadana di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 79,1 triliun. Angka tersebut melambung 28,4% dari posisi akhir tahun 2015 yang tercatat Rp 61,6 triliun.

Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management berujar, penambahan akumulasi obligasi negara oleh manajer investasi dipicu kenaikan permintaan dari investor, terutama pada produk reksadana pendapatan tetap. Maklum, efek surat utang pada produk reksadana pendapatan tetap biasanya minimal 80%.

Pertumbuhan permintaan terutama bersumber dari lembaga industri keuangan non bank (IKNB), terutama dana pensiun dan asuransi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang mendorong lembaga dana pensiun dan asuransi untuk menggemukkan porsi investasi pada SBN menjadi 10%-30% pada akhir tahun 2016.

Hal ini tercantum dalam POJK No 1/POJK.05/2016 yang meluncur awal tahun ini. Guna memenuhi kebutuhan para IKNB, manajer investasi pun meracik reksadana pendapatan tetap dengan underlying asset SBN.

"POJK ini driver utama yang mendorong pertumbuhan porsi reksadana di SBN. Soalnya, secara praktis, agak sulit bagi IKNB untuk masuk ke SBN," terangnya. Sebagai alternatif, institusi IKNB pun memperbesar investasi SBN melalui produk reksadana pendapatan tetap.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menambahkan, kenaikan permintaan juga disokong oleh kondisi pasar obligasi dalam negeri yang cenderung bullish sejak awal tahun.

Situs Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Kamis (25/8) menunjukkan, indeks komposit obligasi Indonesia (Indonesia Composite Bond Index) telah melaju 16,24% (YtD) ke level 213,03. Katalis positif bersumber dari pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak empat kali menjadi 6,5%. Bahkan, pekan lalu BI sudah mengganti suku bunga acuannya menjadi BI 7 day reverse repo rate (RRR) yang tercatat 5,25%.

"Melihat prospek pasar obligasi yang cerah, investor jadi melirik reksadana pendapatan tetap," jelasnya. Manajer investasi pun berbondong-bondong menerbitkan reksadana pendapatan tetap guna memenuhi minat investor.

Berdasarkan data OJK per 22 Juli 2016, jumlah produk reksadana pendapatan tetap sudah meningkat menjadi 183 produk dari posisi akhir tahun lalu 157 produk. Begitu pula dengan total dana kelolaan reksadana pendapatan tetap yang terkerek dari semula Rp 48,51 triliun menjadi Rp 64,52 triliun periode sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×