kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Mampukah Bitcoin Rebound Setelah Rilis Data Inflasi AS Pekan Ini?


Selasa, 12 September 2023 / 12:25 WIB
Mampukah Bitcoin Rebound Setelah Rilis Data Inflasi AS Pekan Ini?
ILUSTRASI. Bitcoin. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin dan mayoritas aset kripto lainnya masih tertunduk lesu sejak akhir bulan Agustus. Pasar pekan ini menantikan perkembangan lebih lanjut dari data inflasi Amerika Serikat (AS) sebagai petunjuk suku bunga The Fed.

Pasar aset kripto mengawali pekan kedua bulan September dengan bertengger di zona merah. Bitcoin (BTC) jatuh paling dalam yang sempat menembus di bawah support pada US$25,000 untuk pertama kalinya sejak 15 Juni, dimana BTC sempat turun mencapai US$ 24.904 pada Senin malam (11/9).

Pada Selasa (12/9) pukul 09.00 WIB, Bitcoin kembali diperdagangkan di harga US$ 25.200 yang melemah sekitar 2,09% dalam 24 jam terakhir. Penurunan tersebut diikuti kapitalisasi pasar Bitcoin turun menjadi US$ 490 Miliar. Adapun total kapitalisasi pasar aset kripto anjlok di bawah angka US$1 triliun, dimana berada di kisaran US$ 989 miliar.

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menganalisis, jika Bitcoin gagal bertahan di atas level harga US$ 25.000,  maka BTC berpotensi lanjut melemah ke area support selanjutnya yang berada di kisaran US$ 23.500 - US$ 24.000. Sedangkan area resistance terdekat berada di US$ 26.800 dan selanjutnya di angka US$ 28.300.

Baca Juga: Orang RI Pertama Bergelar Master Ilmu Blockchain, CEO Indodax Raih Penghargaan MURI

Mayoritas altcoin juga mengalami penurunan, termasuk Ethereum (ETH) yang turun sebesar 3,59% dalam 24 jam terakhir dan saat ini bertengger di kisaran harga US$ 1.555. ETH melemah meski telah mendapat sentimen positif sejak pekan lalu karena dua manajer investasi yaitu ARK Invest dan VanEck menggemparkan komunitas kripto dengan mengajukan berkas ETF Ethereum (ETH) spot pada Rabu (6/9).

Panji Yudha melihat, selain secara historis Bitcoin cenderung melemah di bulan September, salah satu penyebab aset kripto berada di zona merah didorong oleh sikap pelaku pasar yang wait and see. Investor pekan ini menantikan rilis data inflasi AS pada minggu ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai kebijakan suku bunga yang akan datang.

Adapun data Inflasi AS untuk periode Agustus 2023 dijadwalkan rilis pada Rabu (13/9) pukul 19.30 WIB. tingkat inflasi AS periode Agustus diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year on year/YoY) dimana lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% YoY. 

Apabila inflasi tahunan naik sesuai perkiraan, maka ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% YoY pada Juni lalu. Namun, kenaikan juga akan memperlebar jarak dengan  target inflasi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.

Sehari setelahnya, pada Kamis (14/9) tingkat inflasi dari sudut pandang produsen atau indeks harga produsen (IHP) akan dirilis dengan perkiraan IHK tahunan bulan Agustus naik menjadi 1,20% YoY, lebih tinggi dari periode Juli di angka 9,80% YoY.

Menurut Panji, hasil data inflasi pekan ini tentunya akan berdampak ke pasar kripto. Jika hasilnya di atas ekspektasi maka akan berdampak negatif ke aset kripto dan apabila sesuai atau lebih rendah dari perkiraan pasar maka setidaknya mampu menjaga Bitcoin untuk tidak turun lebih rendah dari harga saat ini.

Baca Juga: Bitcoin Stagnan Akibat Ketidakpastian di Pasar Kripto, Bagaimana Prospek Selanjutnya?

“Selain data inflasi, kebijakan terkait suku bunga AS masih akan menjadi faktor penggerak harga aset kripto ke depannya karena akan menentukan keputusan investor saat berinvestasi,” imbuh Panji dalam siaran pers, Selasa (12/9).

Pelaku pasar juga menantikan pertemuan kebijakan FOMC yang dijadwalkan September mendatang. Melansir dari CME FedWatch Tool, peluang menunjukkan sebesar 93% bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya di angka 5,25%- 5,50% pada pertemuan 19-20 September.


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×