Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Jarang ditransaksikan, harga saham PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) tiba-tiba melejit. Harga MLBI kemarin (11/9) melonjak 20% ke Rp 1,32 juta per saham.
Salah satu pemicu lonjakan MLBI lantaran produsen Bir Bintang ini berniat memecah nilai nominal saham alias stock split. Rasio stock split MLBI sebesar 1:100. Sebagai contoh, mengacu harga MLBI kemarin di posisi Rp 1,32 juta per saham, pasca stock split, harga MLBI kelak menjadi Rp 13.200 per saham.
Kepala Riset First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto, menilai, aksi stock split akan menambah likuiditas saham MLBI. Dengan harga yang lebih rendah, volume transaksi saham akan lebih meningkat. "Khusus MLBI ini berbeda karena sistemnya lebih ke income stock. Jadi para investor hanya ingin mengambil untung, lebih kepada jangka panjang," jelas dia kepada KONTAN, Kamis (11/9).
MLBI dianggap pantas bagi investor jangka panjang, yang hanya ingin mengambil untung. Pasalnya, MLBI merupakan perusahaan yang terbilang rajin membagikan bonus atau dividen saban tahun. "Apalagi mereka membagi dividen senilai 100% dari laba bersihnya," tutur David.
Analis Phintraco Securities, Setiawan Efendi, pun mengatakan hal serupa. "Biasanya stock split berpeluang meningkatkan harga saham MLBI akan naik," kata dia.
Setelah stock split, jumlah saham MLBI akan menjadi 2,1 miliar saham. Pemegang saham pengendali Heineken International BV memiliki 1,6 miliar saham. Sedangkan pemegang saham ritel menguasai 500,56 juta.
Analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, juga menilai aksi stock split cukup tepat. Dengan harga saham yang terjangkau, maka minat investor akan tinggi. "Likuiditas perusahaan akan meningkat," kata dia.
Sebagai produsen bir ternama di Indonesia, Setiawan meyakini bisnis MLBI masih menjanjikan dalam jangka panjang. "Animo masyarakat terhadap bir semakin meningkat," jelas dia.
Di paruh pertama ini, MLBI berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan 7% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,34 triliun. Meski pendapatannya naik, laba bersih MLBI justru merosot 50% (yoy) menjadi Rp 348,25 miliar.
Manajemen MLBI menilai penjualannya tahun ini tak sekencang tahun lalu. Sebab tahun ini penjualan mereka terganjal sedikitnya tiga tantangan. Pertama, kenaikan cukai minuman beralkohol sebesar 10%. Kedua, tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketiga, kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Oleh karena ini, MLBI berupaya mengerek kinerjanya. Pada Juli lalu, emiten saham ini telah merampungkan pabrik ketiga yang berlokasi di Sampang Agung, Mojokerto, Jawa Timur.
Pabrik ini khusus untuk produk minuman softdrink atau non alkohol, Green Sands dan Bintang Zero. Nilai investasi pabrik tersebut mencapai Rp 210 miliar dengan kapasitas sebesar 500.000 hektoliter per tahun. "Mereka masih bisa mempertahankan kinerja positif. Dengan banyaknya larangan miras, produksi minuman non alkohol akan meningkatkan permintaan saham MLBI," kata William.
William dan Setiawan merekomendasikan hold saham MLBI dengan target harga masing-masing Rp 1,15 juta per saham dan Rp 2,5 juta per saham. Sedangkan David merekomendasikan buy saham MLBI dengan target harga Rp 1,3 juta per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News