Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Persaingan bisnis perhotelan makin ketat. Namun, PT Marga Abhinaya Abadi Tbk menilai bisnis ini masih punya peluang tumbuh. Makanya, emiten dengan kode saham MABA ini tetap ekspansif menambah portofolio hotel dan restoran.
Bersama entitas anak, MABA saat ini memiliki tiga hotel yang telah beroperasi, yakni Ammi Cepu dan Allium Cepu. Keduanya berlokasi di Cepu, Jawa Tengah. MABA juga memiliki Allium Tangerang, di Tangerang, Banten. Jaringan hotel ini dikelola oleh perusahaan dengan nama Samali Hotels & Resorts.
Selain hotel, MABA juga merambah bisnis kuliner. Melalui anak usaha, PT Dream Food, MABA memiliki sebuah restoran yang telah beroperasi, yakni Rantang Ibu, yang berlokasi di Jakarta. Saat ini, Dream Food berencana menambah gerai restoran lagi.
Selepas mengantongi dana segar dari initial public offering (IPO) sebesar Rp 53,08 miliar pada Juni lalu, MABA berencana membangun hotel di Yogyakarta dan di Medan.
Direktur Utama MABA Adrian Bramantyo Musyanif mengatakan, perusahaan ini juga tengah membangun Hotel Arum Cepu, di Jawa Tengah. Hotel ini ditargetkan beroperasi di akhir 2017.
Direktur Keuangan MABA Lola Arieza menambahkan, hotel yang akan dibangun di Medan merupakan hotel bintang lima dan diharapkan rampung pada 2019 mendatang. Untuk jangka yang lebih panjang, MABA akan membangun hotel bintang tiga di Yogyakarta. "Tapi perkembangan pembangunan hotel di Yogyakarta masih kecil. Kami juga masih melihat perkembangan arus kas dan prospeknya," ujar Lola kepada KONTAN, Kamis (31/8).
Selain itu, MABA juga akan mengembangkan bisnis restoran dengan membuka outlet baru restoran Rantang ibu di Pasar Minggu dan di Kuningan, Jakarta. Adrian mengaku, margin yang diperoleh dari bisnis food & beverage ini lebih besar dari pendapatan sewa kamar. Tapi saat ini, segmen hotel tetap menjadi kontributor terbesar. Kontribusinya mencapai 80% terhadap total pendapatan MABA.
Belanja modal
Demi memuluskan ekspansi, MABA menganggarkan belanja modal (capex) tahun ini Rp 30 miliar. Hingga paruh pertama 2017, MABA telah menyerap 60% capex. MABA bakal merogoh investasi masing-masing sebesar Rp 60 miliar-Rp 70 miliar untuk hotel bintang tiga dan Rp 100 miliar-Rp 150 miliar untuk hotel bintang lima.
Saat ini, tingkat okupansi dari hotel yang dimiliki MABA rata-rata mencapai 60%. Di akhir 2017, MABA membidik okupansi naik menjadi 70%.
Saat ini, MABA belum merilis laporan keuangan semester I-2017. Namun Lola menyebut, pada periode itu pendapatan MABA masih turun 5% dibandingkan semester I-2016. Hal ini lantaran adanya perlambatan proyek pemerintah di ladang minyak Cepu.
Pelanggan utama hotel MABA di Cepu memang banyak berasal dari korporasi yang berbisnis minyak dan gas di kawasan itu. "Sejak pertengahan lalu, proyek Cepu cenderung slow down," imbuh Lola.
Meski demikian, Lola yakin proyek di Cepu akan kembali normal di sisa tahun ini. Apalagi, pemerintah berencana membangun ladang gas di lapangan Jambaran-Tiung Biru. Proyek ini berpotensi meningkatkan tingkat kunjungan ke Cepu dan mendukung prospek hotel MABA di kota ini.
Adrian juga mengakui, kinerja hingga akhir Juli 2017 masih di bawah target. Tetapi masih ada potensi kenaikan pendapatan di sisa tahun. "Jadi pada semester kedua ini, potensi pendapatan masih aman," ujar dia.
MABA memang terus mencatatkan kenaikan pendapatan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, beban yang tinggi membuat bottom line MABA negatif. Pada akhir 2016, MABA mencetak rugi bersih hingga Rp 32,25 miliar.
Tapi, Adrian optimistis, ekspansi MABA di bisnis hotel dan restoran bakal memperbaiki kinerjanya. Perusahaan ini menargetkan bisa meraih pendapatan Rp 68 miliar di akhir 2017. Angka ini lebih tinggi 25% dari 2016 yang sebesar Rp 54,6 miliar.
Meski kompetitor di bisnis hotel terus bermunculan, Adrian yakin bisnis hotel masih akan tetap dibutuhkan. "Misalnya untuk keperluan wisata, gathering, pernikahandan meeting, pasti akan selalu ada dan menggunakan hotel," tandas Adrian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News