Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kenaikan produksi Malaysia menjadi salah satu penekan harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Tekanan sudah terjadi dalam tiga hari terakhir.
Mengutip Bloomberg, Jumat (8/5) pukul 15.50 WIB harga CPO kontrak pengiriman Juli 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange tercatat merosot 1,33% ke level RM 2.144 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga CPO masih melesat 1,99%.
Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka Ibrahim menjelaskan, sebagai produsen utama, prediksi pertumbuhan angka produksi di Malaysia jelas menjadi beban bagi harga CPO. Pasalnya permintaan di pasar belum terlihat membaik. “Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa akan terjadi banjir CPO di pasar global,” papar Ibrahim.
Menurut survei Bloomberg, produksi CPO Malaysia akan naik 12% ke level 1,67 juta ton dari sebelumnya yang hanya 1,49 juta ton. Angka ini menjadi level produksi tertinggi CPO sejak November 2014 silam. Melonjaknya produksi ini berakibat pada naiknya cadangan CPO Malaysia sebesar 12% ke 2,09 juta ton dari sebelumnya 1,87 juta ton. Rencananya data ini akan dirilis oleh Malaysian Palm Oil Board pada 11 Mei 2015 mendatang.
“Kenaikan produksi ini karena musim hujan telah lewat. Selain itu, sebagai komoditas turunan minyak, harga CPO tergerus menurunnya harga minyak,” kata Ibrahim.
Importir tradisional CPO seperti China dan Eropa sedang bergelut dengan gejolak ekonomi. “IMF kembali merevisi pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,8% di tahun 2015,” tambah Ibrahim. Ini menyusul rilis data ekonomi China yang terus negatif. Salah satunya HSBC Final Manufacturing PMI China April 2015 yang merosot jadi 48,9 dari sebelumnya 49,2.
“Sedangkan Eropa, permasalahan utang Yunani yang belum bertemu kata sepakat menjadi penyeret utama,” jelas Ibrahim. Ini membuat permintaan CPO masih lesu. Terlihat dari prediksi survey Bloomberg bahwa ekspor CPO Malaysia yang turun 6% ke 1,11 juta ton pada April 2015. Sedangkan Intertek menduga bahwa ekspor CPO akan terkikis 7,2% ke 1,07 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News