Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga logam industri cenderung masih fluktuatif di sepanjang semester I-2019. Berdasarkan data Bloomberg per Jumat (28/6), harga nikel untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 18,71% secara year to date ke level US$ 12.690 per metrik ton.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menyebutkan, di antara seluruh logam industri, pergerakan harga nikel jadi yang terbaik sekaligus tertinggi di kuartal II-2019. Hal ini sudah sejalan dengan pergerakan harga sepanjang kuartal I-2019 yang juga positif.
Alasannya, meskipun Rusia merupakan produsen utama logam, namun China tetap memimpin sebagai produsen utama nikel. Ditambah lagi, kebutuhan nikel meningkat seiring dengan perkembangan mobil listrik, sehingga mampu menjadi sentimen untuk kenaikan harga nikel di jangka panjang.
Asal tahu saja, pergerakan harga nikel sangat sensitif terhadap perubahan kondisi ekonomi global. Selain itu, Rusia selaku produsen logam industri tengah dihadapkan pada sanksi untuk beberapa bulan mendatang.
Di sisi lain, permintaan bijih besi dan baja selama beberapa bulan ke depan bisa terganggu jika manufaktur global melambat. Namun, pasar masih optimistis permintaan nikel masih akan tumbuh, meskipun masih ada ancaman sentimen perang dagang AS dan China.
"Untuk jangka panjang, harapan bullish cukup terlihat. Secara teknikal kalaupun ada kemungkinan koreksi, akan terbatas dengan rekomendasi buy on weakness. Target akhir tahun bisa ke US$ 16.000 per metrik ton," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News