Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah investor milenial di pasar modal terus mengalami peningkatan. Dari 3,5 juta penambahan investor baru sepanjang tahun 2021, sebanyak 80% merupakan kaum milenial dan Gen Z.
Mencermati hal tersebut, investor kawakan pasar modal Lo Kheng Hong berbagi tips kepada investor muda dalam berinvestasi di pasar saham. Menurutnya, perkembangan itu tak lepas dari kemudahan-kemudahan yang ditawarkan sekuritas dalam pembukaan akun saham.
"Untuk investor milenial dan ritel yang banyak ini, kita harus beli saham yang kita tahu. Jangan kayak beli kucing dalam karung, jangan beli saham hanya karena dengar dari teman, influencer atau tukang pompom. Biasanya mereka itu merekomendasikan perusahaan yang jelek dan mahal," kata Lo dalam IG Live BCA Sekuritas, Selasa (8/2).
Baca Juga: Tips Jitu Warren Buffett: Investasikan Kembali Keuntungan Anda
Lo menekankan, sebelum membeli sebuah saham, investor harus melakukan riset sendiri terlebih dahulu dengan menganalisis laporan tahunan emiten, mencari tahu siapa pemilik perusahaan, bagaimana perkembangan laba perusahaan tersebut, dan seperti apa valuasinya.
Menurutnya, emiten yang bagus adalah perusahaan yang labanya besar dan terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Salah satu rekomendasi Lo adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Dia menilai bank ini adalah worderful company karena terus menorehkan pertumbuhan dari tahun ke tahun.
Warren Buffet Indonesia ini mencermati bahwa saat ini banyak saham-saham berbau digital, termasuk bank digital, yang asetnya hanya Rp 10 triliun namun nilai buku sahamnya (price to book value /PBV) sampai 50 kali.
Baca Juga: Wake Up Call: Strategi Investasi Favorit Lo Kheng Hong
Dia mengingatkan bahwa saham-saham seperti ini patut diwaspadai.
"Bagi saya itu sangat mengerikan. Saya tidak berani sentuh saham-saham seperti itu. Jadi tips dari saya buat millenial, kita harus tahu apa yang kita beli, jangan beli kucing dalam karung. Bursa saham tidak kenal belas kasihan, dia tidak berikan ampun pada investor yang tidak tahu apa yang dibelinya," kata Lo.
Bagi Lo yang dikenal sebagai value investor, membeli saham bank digital yang asetnya masih di bawah Rp 10 triliun namun PBV-nya sudah mencapai 50 kali sangat tidak masuk akal. Sedangkan saat ini masih banyak banyak dengan aset ratusan miliar dengan valuasi harga yang masih sangat murah yang menurutnya lebih layak dilirik.
Oleh karena itu, sangat tidak mungkin bagi Lo untuk mengoleksi saham-saham bank digital itu. Ia mengaku lebih suka membeli saham batubara dengan PBV yang masih di bawah 5 kali. "Bahkan, saham-saham tambang masih ada yang PBVnya 0,5 kali. Saya lebih senang masuk ke situ," ujarnya.
Baca Juga: Bisnis Sekuritas Lebih Mengilap pada Tahun Ini
Seperti diketahui, Per 29 Desember 2021, jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 7,5 juta, melonjak 3,5 juta atau 92,7% dari posisi akhir Desember 2020 berdasarkan data single investor identification (SID) yang dikelola PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.
Sekitar 80% lebih dari 3,5 juta investor baru itu adalah kaum milenial dan Gen Z. Milenial adalah mereka yang kini berusia 26-41, lahir tahun 1981-1996, sedang Gen Z adalah mereka yang lahir tahun 1997-2021.
Investor ritel menguasai 56% nilai transaksi harian di BEI, naik dari 48,4% akhir 2020. Sebagian besar investor ritel yang aktif bertransaksi harian adalah investor milenial dan Gen Z.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News