Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berpotensi tertekan beban tambahan dari rencana pembagian Bonus Hari Raya (BHR) Idul Fitri 2025.
Asal tahu saja, Kementerian Ketenagakerjaan baru saja menerbitkan Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan terkait BHR untuk pengemudi dan kurir pada layanan angkutan berbasis aplikasi.
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli mengatakan, BHR paling lambat diberikan tujuh hari sebelum Idul Fitri 2025.
Untuk pengemudi dan kurir online yang produktif dan berkinerja baik, BHR diberikan secara proporsional sesuai kinerja dalam bentuk uang tunai dengan hitungan sebesar 20% dari rata-rata pendapatan bersih bulanan selama 12 bulan terakhir.
“Bagi pengemudi dan kurir online di luar kategori tersebut, diberikan BHR sesuai kemampuan perusahaan aplikasi,” katanya dalam surat edaran tersebut.
Baca Juga: Sah! Ojol Dapat Bonus Hari Raya Sebesar 20%, Begini Kriterianya
Kebijakan tersebut sebagai tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto yang mengimbau para aplikator untuk memberikan kepastian tunjangan hari raya (THR) bagi ojek online (ojol).
Merespons kewajiban itu, segmen ride hailing GOTO, Gojek, pun akan memberikan BHR berupa uang tunai bagi mitra pengemudinya.
Presiden Gojek, Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, melalui program Tali Asih Hari Raya, Gojek akan menyalurkan Bonus Hari Raya dalam bentuk uang tunai kepada mitra driver yang memenuhi kriteria tertentu.
“Bonus uang tunai ini akan diterima mitra driver sebelum Hari Raya Idul Fitri,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (10/3).
Menurut Catherine, program ini juga merupakan itikad baik dari Gojek dengan menghadirkan solusi terbaik untuk terus mendukung mitra driver sesuai dengan kapasitas perusahaan.
“Gojek terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan transparansi dalam pengalokasian dana bagi mitra,” ungkapnya.
Head of Research Sucor Sekuritas Paulus Jimmy melihat, pemberian BHR oleh GOTO bisa menjadi sentimen negatif dalam waktu dekat, meskipun seharusnya tidak akan terlalu membebani neraca keuangan.
Sebab, GOTO masih memiliki bantalan kas yang tinggi, yaitu sekitar Rp 20,5 triliun pada kuartal III 2024.
“Namun, detail besaran one-off expense ini akan tergantung dari jumlah driver yang akan mendapatkan sesuai kriteria perusahaan serta formula penghitungannya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/3).
Paulus menilai, pembagian BHR oleh Gojek seharusnya tidak akan memberikan pengaruh terhadap kelanjutan proses buyback saham GOTO.
Sekadar mengingatkan, GOTO tengah melakukan buyback saham dengan tujuan meningkatkan likuiditas dan memaksimalkan imbal hasil (return) pada pemegang saham. Aksi ini sudah berlangsung sejak paruh kedua tahun 2024.
Dalam pengumumannya tahun lalu, GOTO menyampaikan telah menyiapkan dana sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,2 triliun.
Di sepanjang Februari 2025, GOTO kembali melakukan buyback sebesar 2,07 miliar saham. Sehingga, total saham yang sudah dibeli kembali sebanyak 23,18 miliar saham, dengan dana yang dikeluarkan sekitar Rp 1,3 triliun.
“Seharusnya pembagian BHR ini tidak berpengaruh terhadap kelanjutan proses buyback GOTO,” katanya.
Pertumbuhan kinerja GOTO pada tahun 2025 pun dinilai masih akan terbebani sejumlah hal, terutama oleh tekanan makroekonomi yang masih belum membaik. Lini bisnis on demand service (ODS) maupun GOTO financials bisa terdampak paling parah.
Paulus pun merekomendasikan hold untuk GOTO dengan target harga Rp 71 per saham.
Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis mengatakan, pemberian BHR memang bisa menimbulkan peningkatan biaya untuk GOTO. Namun, hal itu bisa diminimalisasi dengan strategi yang bisa diterapkan dengan baik.
“Misalnya, pemberian misi terhadap mitra untuk mendapatkan BHR,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/3).
Baca Juga: Grab Indonesia Luncurkan Program THR OJol, Ada Kriterianya
Senada, pemberian BHR dinilai Azis juga tidak akan mengganggu aksi buyback dari GOTO. “Ini mengingat GOTO memiliki ekuitas yang masih besar,” paparnya.
Di tahun 2025, kinerja GOTO masih bisa potensi bertumbuh positif, terutama jika perseroan menerapkan strategi sinergi antarunit bisnis. “Efisiensi itu bisa mendorong pertumbuhan pendapatan dan laba GOTO,” katanya.
Alhasil, Azis pun merekomendasikan hold untuk GOTO dengan target harga Rp 89 per saham.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta melihat, kinerja saham GOTO tengah ada dalam fase uptrend lantaran ada aksi buyback yang tengah berlangsung. Langkah buyback itu mampu membuat saham GOTO kembali likuid.
Di tengah langkah itu, tentu saja pembagian BHR untuk mitra driver akan membuat arus kas GOTO menjadi berat. Selain itu, biaya operasional juga bisa meningkat.
Namun, GOTO bisa mengantisipasi dampak buruk pembagian BHR ke kinerja. Caranya, memaksimalkan tingkat produktivitas para mitra driver tersebut untuk memenuhi target harian.
“Hal itu bisa meningkatkan kinerja Gross Merchandise Value (GMV) dan Gross Transaction Value (GTV) ke depan, sehingga bisa membantu membidik pertumbuhan pendapatan,” paparnya.
Nafan merekomendasikan accumulative buy untuk GOTO dengan target harga Rp 100 per saham.
Selanjutnya: Kapan Lebaran Hari Raya Idul Fitri 2025? Ini Prediksi Kemenag
Menarik Dibaca: Rekomendasi 5 Film Horor Thriller Seram dan Menegangkan di Netflix
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News