Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sudah dapat restu untuk memberikan tambahan dividen tunai final dan perubahan nama. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) ADRO yang digelar Senin (18/11), para pemegang saham sepakat tambahan dividen final tunai sebesar-besarnya US$ 2.629.396.000 (US$ 2,62 miliar).
Hanya sebagai gambaran saja, nilai tersebut setara dengan Rp 41,67 triliun jika dikonversi memakai kurs Jisdor Rp 15.848 per dolar Amerika Serikat (AS).
Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira mengungkapkan RUPSLB juga menyetujui perubahan nama PT Adaro Energy Indonesia Tbk menjadi PT AlamTri Resources Indonesia Tbk.
"Perubahan nama ini merupakan salah satu langkah Perseroan untuk memperkenalkan identitas baru yang lebih mencerminkan nilai dan visi jangka panjang," kata Nadira dalam siaran tertulis, Senin (18/11).
Setelah pemisahan pilar bisnis pertambangan batubara termal dan beberapa bisnis pendukungnya melalui pelaksanaan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS), ADRO akan menjadi entitas induk dengan fokus pada bisnis hilirisasi mineral serta energi terbarukan yang akan mendukung transisi energi dan ekonomi hijau Indonesia.
Baca Juga: Adaro (ADRO) Bagi Dividen Rp 41,7 Triliun dan Ubah Nama Jadi Alamtri Resources
"Perseroan berkomitmen untuk sepenuhnya mendukung Pemerintah Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca, termasuk upaya mencapai net-zero emissions pada tahun 2060 atau lebih awal dengan melalui berbagai langkah," ungkap Nadira.
Tambahan dividen tunai final yang akan diberikan ADRO merupakan bagian dari rangkaian divestasi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Rencana pembagian tambahan dividen tunai final agar para pemegang saham ADRO, atas pilihannya sendiri, dapat berpartisipasi dalam pembelian saham AADI.
Dalam skema PUPS ini, satu hari bursa setelah AADI tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), ADRO berencana untuk melakukan penawaran umum atas sebanyak-banyaknya 7.008.202.240 saham AADI.
Adapun, pencatatan saham AADI di BEI dijadwalkan berlangsung pada 5 Desember 2024.
Saat ini, AADI sedang dalam proses penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO), dengan melepas sebanyak-banyaknya 778,68 juta saham atau setara dengan 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Masa penawaran awal (book building) telah berlangsung pada 12 November - 18 November 2024.
Dalam tahapan ini, AADI memasang harga di kisaran Rp 4.590 - Rp 5.900 per saham. Dengan begitu, melalui IPO ini AADI bakal mengantongi dana sebanyak-banyaknya Rp 4,59 triliun.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengitung jika manajemen ADRO memutuskan untuk membagikan dividen dengan batas maksimum sebesar US$ 2,6 miliar, maka jumlah dividen setara dengan Rp 1.359 per saham. Nilai ini dihitung berdasarkan asumsi kurs Rp 15.898 per dolar AS.
Jumlah tersebut mengindikasikan yield sekitar 35,6% jika diukur berdasarkan harga penutupan saham ADRO per Jumat (15/11) di level Rp 3.920 per saham.
"Berdasarkan analisis skenario kami, pemegang saham ADRO akan mempunyai probabilitas lebih besar untuk untung jika menggunakan dividen guna menebus AADI," ungkap Gani.
Baca Juga: Berikut Jadwal IPO Adaro Andalan (AADI) di BEI
Hanya saja, harga ADRO justru merosot 5,61% ke level Rp 3.700 per saham pada Senin (18/11). Pengamat Pasar Modal & Founder WH Project, William Hartanto melihat penurunan harga saham setelah keputusan RUPSLB umum terjadi sebagai aksi sell on fact.
"Sentimen sudah menjadi realita," kata William kepada Kontan.co.id, Senin (18/11).
Praktisi Pasar Modal & Founder Warkop Saham Raden Bagus Bima sepakat, penurunan harga ADRO karena hasil dari RUPSLB sudah priced in atau sesuai dengan perkiraan dan tidak ada informasi baru yang mengejutkan bagi investor.
Nilai dividen jumbo juga sudah dibarengi penguatan harga saham ADRO secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
"Sehingga sebagian investor kemungkinan menggunakan momentum ini untuk mengambil capital gain untuk menghindari dividen trap yang kemungkinan terjadi," kata Bima.
Meski begitu, Bima memandang tambahan dividen dengan nilai yang jumbo bisa menarik minat trader jangka pendek. Dus, harga saham ADRO berpotensi mengalami kenaikan jangka pendek menjelang cum-date. Namun pasca-ex-date, potensi koreksi terbuka karena harga akan disesuaikan dengan besarnya dividen yang dibagikan.
Di sisi lain, Bima memperkirakan respons pasar juga bergantung pada ekspektasi harga PUPS saham AADI, yang nantinya bisa memengaruhi harga teoritis ADRO.
Menurut dia, pelaku pasar bisa mempertimbangkan trading jangka pendek ADRO dengan pembelian pada rentang Rp 3.600 - Rp 3.650, dan melakukan penjualan menjelang atau saat cumdate.
Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa memperkirakan tambahan dividen tunai final ADRO mencapai Rp 1.355,36 per saham atau yield sekitar 34,57%.
Pasca pembagian dividen tunai tersebut, harga saham ADRO berpotensi mengalami penurunan mengingat harga saham ADRO sudah reli cukup signifikan.
Selain itu, potensi penurunan harga saham ADRO juga seiring dengan adanya penyesuaian Price Earning Ratio (PER) pasca spin-off AADI, mengingat adanya potensi penurunan laba ADRO sebagai dampak dari aksi tersebut.
Adapun, saat ini ADRO diperdagangkan pada Price to Book Value (PBV) sebesar 1.06 kali.
Dengan menggunakan metode relative valuation dan pendekatan PBV, Heru memperkirakan potensi fair value ADRO berada di Rp 4.134.
Untuk saat ini, Heru menyarankan wait and see terhadap saham ADRO. Jika ingin koleksi, masuk pada level Rp 3.600 untuk target harga Rp 3.920 - Rp 4.000, dan stop loss jika turun ke bawah level Rp 3.460 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News