Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global yang masih menyelimuti pasar keuangan tidak menahan minat investor untuk masuk ke lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (15/2). Hasil lelang SUN meningkat dibandingkan lelang SUN dua pekan lalu.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), total penawaran yang masuk di lelang SUN hari ini sebesar Rp 76,77 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi dari penawaran yang masuk di lelang SUN dua pekan lalu yang sebesar Rp 72,07 triliun.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai adanya peningkatan minat di lelang SUN cukup baik, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan masih menyelimuti. "Ketidakpastian pasar meningkat dengan yield US Treasury yang naik dan pelaku pasar masih menantikan kapan tepatnya The Fed menaikkan suku bunga acuan," kata Ramdhan, Selasa (15/2).
Baca Juga: Hasil Lelang SUN, Selasa (15/2) Menerima Kenaikan Penawaran
Ramdhan juga mengatakan penyebab lelang SUN meningkat berasal dari peran investor domestik. Maklum, likuiditas di dalam negeri masih tinggi.
Senada, Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia Fayadri mengatakan tingginya total penawaran yang masuk pada lelang SUN tentunya tidak dapat dilepaskan dari dukungan likuiditas investor, terutama sektor perbankan.
Selain itu, sejak awal tahun hingga Senin (14/2), investor asing mulai melakukan net buy terhadap SUN. "Artinya, tingkat imbal hasil SUN saat ini masih menarik bagi investor domestik maupun asing," kata Fayadri.
Baca Juga: Ambil Alih 35% Saham, FinAccel Bakal Kuasai 75% Saham Bank Bisnis (BBSI)
Sementara pemerintah menyerap lebih sedikit di Rp 23 triliun dari target indikatif di Rp 25 triliun. Ramdhan berpendapat pemerintah memenangkan lebih sedikit hasil lelang karena yield yang ditawarkan investor cenderung tinggi di tengah ketidakpastian pasar. "Pemerintah jadi menyerap seri dengan yield yang mencerminkan yield di pasar, ini bagian dari bargaining pemerintah memilih yield yang sesuai pasar," kata Ramdhan.
Fayadri menambahkan ada dua kemungkinan penyebab pemerintah menyerap lebih rendah dari target indikatif. Pertama, ada proyeksi bahwa kebutuhan pembiayaan APBN tahun 2022 yang berasal dari utang akan lebih rendah dari target awal. Kedua, pemerintah melihat ada potensi penerimaan dari Program Pengungkapan Sukarela (PPS) yang akan dijalankan di tahun ini.
Seri SPN12230203 mendapat penawaran paling tinggi sebesar Rp 25,23 triliun. Di urutan kedua, seri SPN03220518 menerima penawaran masuk sebesar Rp 15,96 triliun.
Baca Juga: Kenaikan CDS Indonesia Dinilai Hanya Bersifat Sementara
Ramdhan mengamati seri tenor pendek lebih banyak diminati karena seri tersebut memiliki risiko yang lebih rendah dari tenor panjang. Apalagi, di tengah ketidakpastian ekonomi masih menyelimuti.
Jika di Maret The Fed sudah mengumumkan dengan jelas jadwal kenaikan suku bunga mereka, Ramdhan memproyeksikan ketidakpastian ekonomi secara global akan mereda dan minat investor ke lelang obligasi pemerintah berpotensi naik kembali.
Di lelang selanjutnya, Fayadri mencatat faktor yang mempengaruhi hasil lelang adalah agenda yang pelaku pasar tunggu dalam waktu dekat adalah rapat Federal Open Market Commiittee (FOMC) di 17 Maret. Selain itu, krisis Rusia dan Ukraina akan menjadi perhatian dunia dan berdampak banyak ke aktivitas global.
Dari dalam negeri, kondisi likuiditas yang masih kuat akan jadi penyokong pelaksanaan lelang SUN. Jangan lupa, program PPS akan menentukan pula strategi pembiayaan atawa penerbitan SUN oleh pemerintah sampai akhir tahun ini.
Baca Juga: Pefindo Tetap Optimistis pada Pertumbuhan Penerbitan Surat Utang Korproasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News