Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara pada Selasa (21/2) berhasil meraup penawaran sebesar Rp 10,38 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah menyerap dana sebesar Rp 6,01 triliun.
Nominal tersebut lebih rendah ketimbang total penawaran pada lelang SBSN sebelumnya. Dalam lelang 7 Februari lalu, penawaran mencapai Rp 19,36 triliun dengan dana yang dimenangkan Rp 7,57 triliun.
Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama, menilai, penawaran yang masuk berkurang lantaran tekanan katalis negatif di dalam negeri. Pelaku pasar khawatir inflasi tahun ini terlalu tinggi.
Januari lalu, inflasi bulanan Indonesia sudah mencapai 0,97%. Ada kekhawatiran kenaikan inflasi akan memicu Bank Indonesia menaikkan suku bunga, tutur Wawan.
Kemarin (21/2), rata-rata SUN mengalami penurunan harga. Indonesia Composite Bond Index terkoreksi 0,1% dibandingkan hari sebelumnya ke level 213,63.
Di lelang kemarin, ada lima seri sukuk yang ditawarkan. Pertama, seri SPNS08082017. Pemerintah memenangkan penawaran senilai Rp 2,55 triliun, dengan yield rata-rata tertimbang 5,5% dan imbalan diskonto. Surat utang ini jatuh tempo 8 Agustus 2017.
Kedua, seri PBS013. Pemerintah mengambil Rp 2,82 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,08% dan imbalan 6,25%. Sukuk ini jatuh tempo 15 Mei 2019. Ketiga, pemerintah mendapat Rp 165 miliar dari PBS014, dengan yield rata-rata tertimbang 7,44% dan imbalan 6,5%. Obligasi ini jatuh tempo 15 Mei 2021.
Keempat, PBS011. Pemerintah menyerap Rp 480 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,87% dan imbalan 8,75%. Instrumen ini jatuh tempo pada 15 Agustus 2023. Kelima, seri PBS012. Pemerintah tidak mengambil penawaran sama sekali dari seri ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News