Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan layanan telekomunikasi serta koneksi internet berkualitas menjadi bagian aktivitas sehari-hari. Konvergensi layanan telekomunikasi atau fixed mobile convergence (FMC) menjadi tren di kalangan operator seluler. Penerapan dua layanan dalam satu genggaman ini sudah masuk rencana sejak tahun 2005 di Indonesia. Teknologi ini penggabungan ekosistem antara layanan fixed broadband (internet rumah) dan mobile broadband (internet dari ponsel pintar).
Menurut Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, pada dasarnya arah tren telekomunikasi adalah efisiensi, sehingga operator seluler bisa fokus memberikan layanan yang semakin baik ke masyarakat.
Saat ini penetrasi layanan mobile mulai turun, sementara pasar fixed boradband masih berpeluang tumbuh. Pasar rumah tangga Indonesia sekitar 45 juta. Sementara layanan fixed braodband baru menjangkau 10 juta pelanggan. Sehingga masih berpotensi tumbuh hingga 20 juta subscribers beberapa waktu mendatang.
Namun, penyatuan layanan fixed dan mobile broadband jangan sampai double cost network. Saat ini sejumlah operator telekomunikasi mengembangkan layanan 5G untuk mobile. Heru melihat, langkah awal penyatuan agar operator seluler dapat dua pendapatan, yakni dari mobile dan fixed. Dari sisi konsumen, yang fixed, tarif berlangganan ini harus memberikan manfaat. "Yang pasti, kalau harga lebih mahal, konsumen enggak mau," ujar Heru, dalam keterangannya, Kamis (12/10).
Sementara Dosen Perbanas Institute, Piter Abdullah menjelaskan, konvergensi layanan fixed dan mobile broadband harus bertahap. Jika sekaligus, biayanya besar. Ia sepakat jika konvergensi layanan telekomunikasi tidak dapat ditolak dan meyakini FMC tidak akan membebani konsumen, terutama dari sisi harga.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Telkom (TLKM) Usai Rilis Kinerja Semester I-2023
Sejumlah inisiasi FMC sudah dilakukan operator telekomunikasi seperti XL Axiata, Smartfren, hingga Telkom Group. "Intinya mereka enggak mau melakukan sesuatu yang merugikan konsumen dan akhirnya pindah," ungkap Piter.
Berdasarkan laporan Speedtest Global Index 2023, rata-rata kecepatan fixed dan mobile broadband di Indonesia masing-masing hanya sebesar 25,59 Mbps dan 21,35 Mbps. Dengan kecepatan tersebut, Indonesia tercatat menempati posisi ke-120 dari 180 negara untuk kecepatan fixed broadband dan posisi ke-101 dari 140 negara untuk kecepatan internet seluler.
Terkait penerapan FMC di Indonesia, hingga akhir Juni 2023, IndiHome yang kala itu masih dikelola Telkom sudah melayani 9,5 juta pelanggan atau tumbuh 7,2% dibanding periode sama tahun lalu atau year on year (yoy). Pada 1 Juli lalu, IndiHome resmi pindah ke Telkomsel, Ini merupakan tonggak penting bagi implementasi inisiatif FMC Telkom Group, sekaligus modal berharga untuk memberikan kualitas layanan konektivitas yang prima bagi masyarakat Indonesia.
Di semester 1-2023, kinerja Telkomsel didominasi oleh digital business yang tutup sebesar 7,4% yoy menjadi Rp 37,7 triliun dengan kontribusi 85,6 persen dari total pendapatan. Pada tahun sebelumnya hanya 80,5%. Digital business menjadi amunisi Telkomsel sehingga berhasil membukukan pendapatan Rp 44 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News