Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) terus berupaya untuk meningkatkan kinerja operasional, jasa layanan, dan keuangannya, terutama dari jumlah arus bongkar muat alat berat.
Investor Relation IPCC Reza Priyambada mengatakan, jumlah kendaraan alat berat yang ditangani oleh IPCC pada Desember 2019 sebanyak 14.244 unit kendaraan naik 9,12% secara tahunan dibandingkan pencapaian di tahun sebelumnya sebanyak 13.053 unit alat berat. Jika melihat pertumbuhan bulan sebelumnya perolehan cenderung turun 26,82% year on year (yoy).
Dari jumlah tersebut, terdiri dari alat berat yang ditangani di lapangan internasional berjumlah 923 unit dan 13.321 unit di lapangan domestik. Secara tahunan, unit alat berat yang ditangani di lapangan internasional mengalami penurunan 48% menjadi 923 unit dari 1.775 unit di tahun sebelumnya.
Baca Juga: Ekspor Mobil Melimpah, Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) Mendulang Berkah
Apabila diakumulasi, IPCC mencatat 12.877 unit alat berat yang yang ditangani sepanjang 2019 di terminal internasional, nilai ini turun 40,38% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 21.600 unit alat berat.
Reza bilang, menurunnya kinerja operasional dari segmen alat berat lantaran menurunnya aktivitas bongkar muat alat berat. Terutama pada impor alat berat yang cenderung menunjukkan angka penurunan.
“Penurunan tersebut terimbas kondisi global, terutama pada sektor perkebunan, pertambangan, kehutanan, hingga konstruksi yang menunjukkan gejala perlambatan aktivitas,” katanya dalam siaran pers, Rabu (29/1).
Lebih lanjut ia menjelaskan, menurunnya sejumlah harga komoditas yang dimotori harga batubara seiring dengan persepsi turunnya perekonomian global membuat kinerja sejumlah perusahaan batubara dan komoditas tambang lainnya mengalami penurunan penjualan dan marjin pertumbuhan.
Baca Juga: Bongkar muat kendaraan penumpang lewat IPCC di 2019 tumbuh signifikan, ini faktornya
Dengan demikian, permintaan akan alat-alat berat kian rendah. Begitupun juga dengan permintaan alat berat untuk industri perkebunan yang terimbas penurunan harga CPO seiring dengan berbagai macam faktor, di antaranya kebijakan India dalam menerapkan biaya impor yang cukup tinggi untuk minyak sawit, pembatasan ekspor ke Eropa, hingga masalah cuaca kering yang berkepanjangan di tahun lalu.
“Semua hal tersebut tentunya berimbas pada aktivitas pengiriman dan bongkar muat alat berat. Dan tentunya berimbas pula terhadap aktivitas di terminal IPCC,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News