Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
Sementara Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO, anggota indeks Kompas100) Nico Kanter menganggap langkah ini sebagai hal yang positif untuk perusahaan ataupun Pemerintah.
"Vale selalu mendukung hilirisasi mineral di Indonesia, bahkan sejak awal memang kami telah memiliki smelter dan tidak pernah mengekspor ore," tuturnya kepada Kontan.co.id, Selasa (29/10).
Nico mengatakan, penyetopan ekspor bijih nikel akan mendukung rencana pemerintah untuk mengembangkan industri kendaraan listrik, dimana nikel dengan kadar di bawah 1.7% merupakan salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik yang dapat diproses dengan teknologi yang ada saat ini.
Baca Juga: Ekspor nikel ore dihentikan, BKPM: Selama ini rugi terus
Analis Panin Sekuritas William Hartanto melihat, percepatan larangan ekspor nikel bisa meningkatkan penyerapan produk dalam negeri dan membuat harga nikel menguat. Ia bilang, saham-saham produsen nikel saat ini masih menarik dengan adanya sentimen positif kenaikan harga nikel.
"Selagi pemerintah ingin menggarap mobil listrik ini bisa menjadi sentimen tambahan untuk saham-saham tersebut," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (29/10).
Ia merekomendasikan buy saham INCO dengan target harga Rp 4.500 per saham sampai akhir tahun. William juga menyarankan buy saham DKFT dengan target harga Rp 250 per saham.
William pun memberikan rekomendasi investor buy saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM, anggota indeks Kompas100) dengan target harga Rp 1.200 per saham dan PT Cakra Mineral Tbk (CKRA) sebesar Rp 100 per saham.
Baca Juga: Larangan ekspor bijih nikel dipercepat, APNI tagih aturan tata niaga domestik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News