Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
BTPS juga berhasil mempertahankan pendapatan operasional sebelum pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP). Meskipun pertumbuhan ekonomi sepanjang Juli-Agustus melambat selama puncak pandemi, PPOP milik BTPS pada kuartal III-2021 berada pada level Rp 652 miliar, menurun 0,2% secara kuartalan namun naik 28,9% secara tahunan.
PPOP ini didorong oleh biaya pendanaan atau cost of funding (CoF) yang lebih rendah dan biaya operasional yang dikelola dengan baik.
Tahun ini, Ciptadana Sekuritas memproyeksikan BTPS akan membukukan net interest margin senilai Rp 4,35 triliun dan akan naik menjadi Rp 5,16 di tahun depan. Sementara net profit BTPS diperkirakan sebesar Rp 1,49 triliun di akhir tahun ini dan akan naik menjadi Rp 2,10 triliun di tahun depan.
Dus, Ciptadana Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BTPS dengan target harga Rp 4.420 per saham. Target ini naik dari target harga sebelumnya di Rp 3.910. Erni meyakini, biaya kredit BTPS akan turun menjadi 4,8% pada 2022 setelah melonjak pada paruh kedua 2021.
Andrey men-downgrade rating BTPS dari semula beli menjadi netral, dengan target harga naik menjadi Rp 3.780 dari sebelumnya Rp 3.500. Platform mobile banking yang akan segera diluncurkan akan menembus segmen pasar baru dan memperluas CASA.
Sementara Okie merekomendasikan beli untuk saham BTPS dengan target 4.650. Pada perdagangan Selasa (28/12), saham BTPS ditutup melemah 1,07% ke level Rp 3.700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News