Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Pemerintah baru saja mengumumkan pemenang tender proyek mass rapid transit (MRT) tahap I untuk konstruksi bawah tanah (underground) yang menghubungkan antara Lebak Bulus dan Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15,7 km. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), yang tergabung dalam sebuah konsorsium bersama Shimizu dan Obayashi, sukses menggaet dua dari tiga paket proyek tahap I. WIKA dalam konsorsium itu mendapat porsi kepemilikan sebanyak 15%.
Analis BNI Securities Thendra Crisnanda menilai, keberhasilan WIKA mengerjakan proyek MRT jelas jadi katalis positif. Total proyek yang diperoleh senilai Rp 2,5 triliun bakal menambah target kontrak WIKA, yang tahun 2013 yang dipatok Rp 38,87 triliun.
Tahun ini, konsensus analis memprediksikan pendapatan WIKA bisa tumbuh 10%. Itu pun belum memasukkan kontribusi dari proyek MRT.
Tapi, proyek MRT bagi WIKA tidak akan memberikan nilai yang signifikan. "(MRT) masih kecil dibandingkan proyek perluasan bandara Soekarno Hatta senilai Rp 4,7 triliun," tutur Thendra, Senin (14/5).
Porsi kepemilikan WIKA di konsorsium Shimizu-Obayashi yang hanya 15%, bagi analis Danareksa Sekuritas Joko Sogie, kurang memberikan kontribusi yang maksimal. Namun, terlepas dari itu, WIKA bisa saja memperoleh proyek lebih besar lewat pengerjaan precast concrete melalui anak usahanya, WIKA Kobe, di proyek MRT. "Proyek juga menjadi penting karena ini merupakan proyek signature," tegas Joko.
Dalam hitungan Thendra, kontrak WIKA tahun ini diprediksi tumbuh 21,15%. Dia optimistis target ini tercapai lantaran WIKA juga mendiversifikasi bisnisnya ke segmen lain yang menguntungkan, seperti konstruksi pembangkit listrik dan pabrik beton.
Joko meramalkan, kontrak WIKA tahun ini sebesar Rp 21 triliun bisa tercapai. Hingga kuartal I-2013 saja, nilai kontrak baru WIKA sudah menyentuh Rp 4,7 triliun atau 22% dari target setahun.
Thendra dan Joko sama-sama merekomendasikan hold saham WIKA dengan target harga Rp 2.500 per saham. Kata Thendra, ini mencerminkan rasio harga terhadap laba bersih per saham (PER) 25,96 kali, lebih tinggi dari sektoralnya yang baru 24 kali.
Adapun, analis Bahana Sekuritas Hasan Hasan, dalam risetnya, merekomendasikan beli dengan target harga
Rp 3.200 per saham. Ini setara PER 24,1 kali.
Kemarin (13/5), harga saham WIKA stagnan di Rp 2.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News