Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Dua pekan setelah Bank Indonesia menurunkan bunga acuan (BI 7-day reverse repo rate) sebesar 25 basis poin jadi 4,5%, harga sejumlah saham perbankan ikut menguncup. Hal ini tercermin dari pergerakan indeks finansial di Bursa Efek Indonesia.
Pada 23 Agustus 2017, sehari setelah BI menggunting bunga acuan, indeks finansial melompat ke posisi tertinggi di level 993,79. Pada Jumat (8/9) lalu, indeks ini menyusut hampir 1% menjadi 984,79.
Di periode yang sama, harga saham emiten perbankan jumbo juga melemah. Saham BBCA, misalnya, menciut 1,57% menjadi Rp 18.850 per saham, BBRI turun 1,96% ke Rp 15.000 per saham dan BBNI terkoreksi 2,36% menjadi Rp 7.225 per saham.
Analis OSO Sekuritas Riska Afriani berpendapat, kucuran kredit memang belum mentereng. Tampaknya, bankir tak langsung merespons penurunan suku bunga acuan dengan memangkas bunga kredit.
Melambatnya kucuran kredit perbankan juga tergambar dari langkah BI menurunkan target pertumbuhan kredit sepanjang 2017 dari semula berkisar 10%-12% menjadi sebesar 8%-10%.
Sudah naik tinggi
Sementara itu, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido melihat harga saham perbankan sudah tinggi saat bank sentral menurunkan suku bunga acuan. Sehingga, secara teknikal harga saham emiten perbankan akan mengayun ke bawah.
Yang pasti, penurunan bunga acuan akan tetap berefek positif bagi bank. Salah satu pengaruhnya, volume kredit berpotensi mengucur deras. Namun, kekhawatiran pelaku pasar muncul karena negosiasi soal relaksasi aturan loan to value (LTV) antara bank sentral dan beberapa bank yang cukup menyita waktu.
Kevin mapun Riska sepakat, prospek saham sektor perbankan ke depan masih cukup baik. Pada 2018, pemerintah menaikkan target pertumbuhan ekonomi, yang memberikan efek positif bagi emiten perbankan. Dengan menggelindingnya roda ekonomi, tentu pengusaha membutuhkan kucuran kredit demi melancarkan ekspansi usaha.
Untuk saat ini, Riska menyarankan investor sebaiknya tak berharap return banyak dari saham bank. Sebab, harga saham sektor finansial sudah naik 21% sepanjang tahun ini. Bagi investor jangka panjang yang ingin masuk, dia lebih merekomendasikan saham sektor konstruksi, properti dan pertambangan.
Di sektor perbankan, Riska merekomendasikan buy saham BMRI dengan target Rp 14.500 per saham. "Kinerjanya bagus, meski NPL tahun kemarin tinggi. Prospek tahun depan cukup menarik," ungkap dia. Harga saham BMRI pekan lalu naik 1,92% menjadi Rp 13.275 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News