kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laju minyak terjegal penguatan dollar AS


Senin, 04 Desember 2017 / 18:20 WIB
Laju minyak terjegal penguatan dollar AS


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melandai di tengah penguatan dollar AS. Lolosnya RUU Pajak Amerika Serikat dari meja Senat menyokong dollar AS. Sehingga, keputusan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) melanjutkan kesepakatan pemotongan produksi, tak cukup mendorong harga komoditas energi ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (4/12) pukul 18.07 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Januari 2018 turun 0,94% dibandingkan akhir pekan lalu ke level US$ 57,81 per barel.

Harga minyak cenderung konsolidasi menurun setelah sempat menyentuh level tertinggi pada 24 November lalu di US$ 58,95 per barel.

Asal tahu saja, pada 30 November lalu, negara anggota OPEC dan sekutunya sepakat memperpanjang pemangkasan produksi minyak mentah hingga akhir tahun 2018 dengan produksi harian tetap 1,8 juta barel per hari. Sebelumnya, kesepakatan ini akan berakhir pada Maret 2018. Pasar merespons kesepakatan tersebut sehingga mendorong laju harga minyak.

Namun, harga minyak sekarang melandai di tengah penguatan dollar AS. Lolosnya RUU Pajak AS direspon positif oleh pelaku pasat. Senat telah mengetok palu dan menyetujui pemangkasan tarif pajak korporasi AS sebanyak 20% pada Sabtu (2/12) lalu. Proses berikutnya adalah penyamaan rancangan UU Senat dengan DPR.

Efeknya, mata uang Paman Sam pun lebih solid. Mengacu Bloomberg, Senin pukul 17.33 WIB, indeks dollar spot diperdagangkan di 93,27, naik dari sesi sebelumnya 92,88.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi, tren mingguan harga minyak akan cenderung fluktuatif merespon pemberitaan politik AS yang kemungkinan bakal bertubi-tubi menghampiri pasar. "Ini yang menyebabkan dollar AS kembali menguat, jadi naik turunnya harga minyak dikarenakan masalah politik AS," kata Ibrahim, hari ini.

Secara teknikal, Ibrahim menyebut, harga minyak akan bergerak turun. Hal ini terlihat dari indikator relative strength index dan moving average convergence divergence yang serentak di area 60% negatif. Sedang indikator moving average naik tipis 10% di atas bollinger band tengah. Hanya indikator stochastic yang optimis di 70% area positif.

Prediksi Ibrahim, besok, harga minyak akan berkisar dalam rentang US$ 57,50-US$ 58,45 per barel. Sedangkan, sepekan minyak WTI diramal di kisaran US$ 56,70-US$ 58,70 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×