kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju harga logam industri menanti kebijakan AS


Kamis, 10 November 2016 / 21:32 WIB
Laju harga logam industri menanti kebijakan AS


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Harga logam industri bergerak dalam tren positif setelah terangkat oleh kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.

Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures menyatakan, tingginya harapan belanja fiskal Amerika Serikat (AS) mengangkat harga tembaga dan logam industri lain. Presiden terpilih AS, Donald Trump berjanji untuk mengabiskan dana besar-besaran guna merombak sektor transportasi, telekomunikasi, pasokan air hingga sistem elektronik.

"Sekarang, investor masih menati bagaimana hasil pemilu akan mempengaruhi perekonomian AS," katanya.

Sektor industri serta potensi tambahan stimulus AS memberi harapan pada kenaikan harga komoditas. Pasar pun menanti apakah The Fed akan mengubah strategi dalam pembelian aset.

Namun jika melihat kondisi ekonomi global saat ini masih lesu. Jika terjadi risk aversion atau keluarnya investor dari aset berisiko, maka harga komoditas akan terancam. Hal tersebut saat ini sudah diimbangi dengan perbaikan ekonomi China. Tetapi, berkaca dari Brexit, kondisi fundamental dari sisi pasokan dan permintaan tidak memberi dampak langsung pada komoditas.

Wahyu melihat, fokus pasar selanjutnya ada pada kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve. Sebelum pemilu, banyak analis yang memprediksi kenaikan suku bunga The Fed.

Tetapi perlu diingat bahwa Trump memiliki kemungkinan untuk mengganti Gubernur The Fed, Janet Yellen. "Saat ini belum ada kejelasan soal keputusan naiknya suku bunga The Fed," imbuhnya.

Meski demikian, secara keseluruhan komoditas logam industri bergerak dalam tren positif. Apalagi bagi timah dan nikel yang didukung oleh kebijakan pembatasan ekspor Indonesia, isu pembangunan smelter hingga kekurangan pasokan. Ancaman koreksi teknikal bisa terjadi jika harga mencapai rekor tertinggi baru. Tetapi Wahyu tidak melihat adanya ancaman turun ke level lebih rendah dari tahun 2015.

Mengutip Bloomberg, Kamis (10/11) harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) sempat menguat 3,9% ke level US$ 5.625 per metrik ton sebelum diperdagangkan di US$ 5.553 pukul 12.12 waktu Shanghai. Harga tembaga melanjutkan kenaikan pada Rabu (9/11) yang mencapai 3,4%.

Di hari Rabu (9/11) baik tembaga, aluminium maupun nikel bertengger di level tertinggi dalam lebih dari satu tahun. Aluminium meningkat 1,2% di level US$ 1.753 per metrik ton sedangkan nikel melompat 3% di angka US$ 11.575 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×