Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) masih mencatatkan penurunan penjualan pada tahun lalu. Berdasarkan laporan kinerja WIIM tahun 2017 yang dirilis di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (27/4), penjualan turun 12,4% menjadi Rp 1,47 triliun dari Rp 1,68 triliun pada tahun sebelumnya.
Meski beban pokok penjualan berhasil turun 11,29% year on year (yoy), tetapi belum berdampak signifikan dalam memulihkan kinerja WIIM.
Laba usaha tercatat merosot 67,11% menjadi Rp 44,2 miliar pada tahun lalu dari perolehan laba usaha 2016 yang mencapai Rp 134,4 miliar. Dus, WIIM hanya membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 40,6 miliar, turun 61,8% dari pencapaian 2016 yang mencapai Rp106,3 miliar.
Direktur Utama PT Wismilak Inti Makmur Ronald Walla mengatakan, tahun 2017, perseroan masih merasakan pengaruh penyesuaian harga rokok terkait tingginya tarif cukai sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret putih mesin (SPM), terhadap daya beli masyarakat.
Menyikapi hal tersebut WIIM meluncurkan produk dengan harga yang lebih ekonomis lantaran mengingat masih terbukanya ruang kapasitas produksi. "Hal ini merupakan langkah perseroan dalam mempertahakan volume penjualan dan menjaga pasar yang telah dimiliki," kata Ronald dalam keterangan tertulis, Jumat.
Perseroan melakukan uji pasar produk baru dan melanjutkan pendirian fasilitas produksi kelima berupa pabrik di Bojonegoro, Jawa Timur. Meskipun belum signifikan, namun hal tersebut telah mendorong langkah efisiensi dalam menjaga kapasitas produksi dan mendorong peningkatan suplai produk menjadi lebih efektif.
Ronald memproyeksikan, tahun ini, bisnis akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Ia optimistis meski ada isu penurunan daya beli masyarakat, tetapi secara makroekonomi efek dari belanja infrastruktur negara diprediksi akan mulai memperlihatkan dampak positif sehubungan dengan rampungnya beberapa proyek-proyek strategis yang memang ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi akan terealisasi sebesar 5,4% dengan tingkat inflasi yang terjaga di angka 4%.
Ronald berharap strategi bisnis dalam mendongkrak penjualan pada tahun lalu melalui produk unggulan seperti Wismilak Diplomat, dapat membuahkan hasil positif di tahun ini.
WIIM juga akan melalukan efisiensi melalui pembangunan fasilitas produksi. Hal tersebut juga diharapkan mampu mendukung strategi efisiensi yang dijalankan perseroan. Pengeluaran modal dalam hal relokasi pabrik dapat menjadi langkah strategis dalam membentuk penguatan profitabilitas secara berkelanjutan.
Melalui kebijakan-kebijakan strategis tersebut, Ronald optimistis tahun ini akan menjadi momentum titik balik serta upaya progresif WIIM dalam menjawab tantangan dan dinamika yang ada di industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News