Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Ririek menambahkan, pada dasarnya TLKM memiliki portfolio bisnis yang beragam, sehingga tidak terlalu bergantung pada salah satu segmen bisnis. Jika terjadi pelemahan di salah satu segmen, maka akan diimbangi dengan pertumbuhan di segmen lainnya.
“Kami memprioritaskan lini bisnis yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik, disertai upaya-upaya untuk memperoleh pendapatan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan margin profitabilitas dan menjaga pertumbuhan kinerja Perseroan yang sustainable ke depan,” tulis Ririek dalam keterangan resmi, Selasa (30/6).
Nilai penyerapan belanja modal atau capital expenditure (capex) di kuartal pertama 2020 sebesar Rp 3,7 triliun, yang digunakan untuk membangun infrastruktur broadband baik untuk mobile maupun fixed line.
Baca Juga: IHSG naik 0,35% ke 4.918 pada akhir perdagangan sesi I, Selasa (30/6)
Selain itu TLKM juga secara intensif terus mengembangkan digital platform dan digital service sebagai value added dari core competency perusahaan agar terus tumbuh dan berkembang.
Sebagai informasi, selama tiga bulan pertama di tahun 2020, Telkomsel telah membangun lebih dari 7.088 Base Transceiver Station (BTS) yang seluruhnya berbasis 4G. Hingga saat ini, Telkomsel telah memiliki total BTS sebanyak 219.323 unit dengan BTS 3G dan 4G/LTE mencapai lebih dari 169 ribu unit atau 77,1% dari total keseluruhan.
Ririek melanjutkan, di tengah kondisi pandemi saat ini, gaya hidup masyarakat mengalami perubahan dengan peningkatan adopsi digital sebagai solusi pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: IHSG menguat di awal perdagangan Selasa (30/6), tiga saham bank BUMN dijual asing
Sehingga, terdapat ruang untuk akselerasi digital dan menjadikan peran TLKM sebagai operator dan enabler menjadi semakin penting.
“Hal ini menjadikan peluang bagi Telkom untuk tetap berinvestasi guna meningkatkan performa perusahaan,” tutup Ririek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News