Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menutup tiga bulan pertama di 2022, beberapa emiten perusahaan asuransi mencatatkan pertumbuhan laba. Dari tujuh emiten yang telah melaporkan laporan keuangannya, ada lima emiten yang mencatatkan kenaikan.
Memang, ada beberapa emiten yang kenaikannya tidak signifikan. Namun, penyebab pertumbuhannya relatif sama yaitu berasal dari pendapatan premi di segmen asuransi properti dan kendaraan bermotor.
Adapun, emiten asuransi yang mencatatkan kenaikan laba, diantaranya adalah ABDA yang naik 51,36% yoy jadi Rp 55,4 miliar, AHAP yang naik 298,8% yoy jadi Rp 6,96 miliar, ASBI dengan kenaikan 56,5% yoy jadi Rp 1,8 miliar.
Dilanjutkan, ada ASDM dengan kenaikan laba sekitar 12,43% yoy menjadi Rp 2,26 miliar. Terakhir, LPGI yang mengalami kenaikan sekitar 13,7% yoy dan labanya senilai Rp 31,1 miliar.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjutkan Pelemahan, Simak Saham Rekomendasi Analis Berikut
Presiden Direktur ASBI, HSM Widodo mengatakan bahwa pertumbuhan laba yang dialami berkat pendapatan premi bruto dari produk properti yang naik 12% menjadi Rp 58,1 miliar dan produk asuransi aneka yang juga naik 45% menjadi Rp 18,47 miliar.
“Poin penting disini adalah asuransi aneka kita yang banyak dijual di pusat perbelanjaan sudah mulai recovery,” ujarnya Widodo.
Meskipun sudah mengalami pertumbuhan, Widodo pun tidak bisa memproyeksikan apakah bakal terus melanjutkan pertumbuhan hingga akhir tahun. Bukan tanpa alasan, peningkatan inflasi yang ada dinilai bakal menurunkan daya beli.
Untuk menjaga kinerja, Widodo pun menambahkan bahwa ASBI pun telah menyiapkan beberapa produk baru. Misalnya, tahun ini mereka akan mulai masuk ke produk asuransi yang diinvestasikan (PAYDI ) dan juga climate insurance, salah satunya kerjasama asuransi tanaman coklat dengan MARS.
“Potensi asuransi tanaman coklat ini besar mengingat ada sekitar 20.000 petani se-Indonesia,” imbuhnya.
Baca Juga: Analis Artha Sekuritas Rekomendasikan Sell Saham PWON, TLKM, dan KLBF, Ini Alasannya
Saham tidak likuid
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana pun menyadari bahwa bisnis asuransi saat ini banyak diuntungkan oleh perbaikan ekonomi sehingga kinerja apik pun bisa tercatat. Ditambah, peningkatan penjualan kendaraan bermotor pun membuat bisnis ini semakin tumbuh.
Sayangnya, Wawan berpendapat bahwa prospek kinerja yang lebih baik tak banyak berdampak pada posisi emiten asuransi di pasar modal. Mengingat, kapitalisasi emiten asuransi tergolong masih relatif kecil.
“Sahamnya tidak terlalu likuid, investor perlu mempertimbangkan faktor likuiditas untuk masuk ke emiten asuransi,” ujar Wawan.
Oleh karenanya, Wawan pun belum merekomendasikan investor untuk masuk ke saham-saham emiten asuransi untuk saat ini. Mengingat, saham perbankan masih jauh lebih menarik dikoleksi untuk sektor keuangan.
“Dengan IHSG lagi sale saham bank buku 4 lebih menarik kalo sektor keuangan,” imbuhnya.
Sependapat, Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa untuk emiten-emiten asuransi masih wait and see jika hendak mengoleksi. Alasannya yaitu tidak likuidnya saham asuransi ditambah volume yang kecil.
“AHAP sempat mengalami penguatan signifikan dengan peningkatan volume, namun terjadi aksi profit taking,” imbuh Nafan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News