Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Laba bersih PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) di kuartal pertama tahun ini turun dalam. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, laba bersih SRTG anjlok 98,02% year-on-year (yoy) menjadi Rp 8,78 miliar. Mengutip laporan keuangan per akhir Maret 2015, emiten ini mencatatkan penurunan pendapatan bersih dari posisi Maret 2014 senilai Rp 1,57 triliun, menjadi Rp 1,07 triliun.
Kinerja hampir di semua lini usaha merosot. Misalnya pendapatan penjualan barang berkurang dari Rp 1,54 triliun menjadi Rp 1,05 triliun. Pendapatan jasa pelayaran menyusut dari Rp 21,53 miliar menjadi Rp 23,25 miliar. Hanya pendapatan sewa yang meningkat, tapi nilainya tidak signifikan, yakni dari Rp 342 juta menjadi Rp 530 juta.
Pada akhir Maret 2014, Saratoga mencatatkan pendapatan lain sebesar Rp 7,22 miliar. Di periode sama tahun ini, pendapatan dari pos tersebut nihil. Kondisi ini kemudian diperparah dengan membengkaknya sejumlah beban. Beban tertinggi adalah rugi akibat selisih kurs yang senilai Rp 118,38 miliar. Pada Maret 2014, SRTG berhasil mencatatkan keuntungan kurs sebesar Rp 159,32 miliar.
Beban usaha juga meningkat dari sebelumnya Rp 51,19 miliar menjadi Rp 76,42 miliar. Tidak hanya itu, beban bunga juga mekar dari posisi Maret 2014 senilai Rp 58,03 miliar menjadi Rp 72,39 miliar di akhir Maret 2015. Beban pajak penghasilan meningkat 63,8% (yoy) menjadi Rp 43,26 miliar.
Tak pelak, bottom line perseroan ini pun tergerus. Maklum, hampir separuh anak usaha SRTG menderita kerugian. Misalnya, Sumatra Coppers and Gold Plc merugi US$ 3,28 juta. PT Provident Agro Tbk (PALM) juga rugi Rp 61,63 miliar dan PT Bangun Daya Perkasa mencatatkan kerugian Rp 62,1 miliar.
PT Agro Maju Raya dan PT Etika Karya Usaha juga membukukan kerugian masing-masing Rp 66,39 miliar dan Rp 6,17 miliar. PT Merdeka Copper and Gold yang akan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatatkan kerugian US$ 2,75 juta akibat belum ada produksi sama sekali. Harga saham SRTG di bursa pada Selasa (26/5) nongkrong di Rp 4.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News