Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengalami penurunan laba bersih, meskipun mencetak kenaikan pendapatan yang signifikan dalam tahun buku 2023. Sepanjang tahun lalu, MBMA meraup pendapatan usaha sebesar US$ 1,32 miliar.
Pendapatan anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ini melejit 191,47% dibandingkan raihan US$ 455,73 juta pada tahun 2022. Dalam keterbukaan informasi yang rilis di Bursa Efek Indonesia, Rabu (27/3) malam, kenaikan pendapatan yang signifikan tersebut disebabkan oleh kenaikan volume produksi Nickel Pig Iron (NPI).
Pertumbuhan pendapatan didukung oleh peningkatan produksi NPI dan nikel matte masing-masing menjadi 65.117 ton nikel dalam bentuk NPI dan 30.333 ton nikel dalam bentuk nikel matte. Menyusul peningkatan kapasitas smelter RKEF tambahan dan akuisisi fasilitas konversi high-grade nickel matte.
Kenaikan tersebut seiring komisioning dan peningkatan produksi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Zhao Hui Nickel (ZHN) pada bulan Juni 2023, serta tambahan pendapatan sebesar US$ 439 juta yang dihasilkan dari penjualan nikel matte.
Baca Juga: Harga Nikel Turun, Begini Kata Merdeka Battery (MBMA)
Pengiriman bijih saprolit ke smelter-smelter RKEF milik MBMA telah dimulai pada pertengahan bulan Agustus 2023. Sedangkan penjualan bijih limonit ke PT Huayue Nickel Cobalt (HNC) telah dimulai pada bulan Desember 2023.
Seiring kenaikan pendapatan usaha, beban pokok pendapatan MBMA ikut terkerek naik 204,09% secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi US$ 1,25 miliar. Peningkatan beban pokok pendapatan disebabkan oleh operasional produksi NPI yang lebih besar dan adanya produksi nikel matte yang menambah pendapatan dan EBITDA.
Dengan hasil tersebut, MBMA mengantongi laba kotor senilai US$ 77,47 juta atau tumbuh 74,48% dibandingkan capaian tahun 2022. Sepanjang tahun lalu MBMA mencatatkan beban penjualan dan pemasaran senilai US$ 1,19 juta serta beban umum dan administrasi sebanyak US$ 28,72 juta.
Setelah dijumlah, MBMA masih mencetak pertumbuhan pada laba usaha sebanyak 55,95% secara YoY. Dari sebelumnya US$ 30,49 juta menjadi US$ 47,55 juta pada tahun 2023.
Meski begitu, laba tahun berjalan MBMA mengalami penurunan. Tergerus 11,99% secara YoY dari US$ 37,84 juta pada 2022 menjadi US$ 33,30 juta pada tahun 2023.
Penurunan laba tahun berjalan MBMA terutama disebabkan oleh anjloknya pendapatan lain-lain bersih, yang pada tahun 2023 tercatat sebesar US$ 470.488. Dibandingkan US$ 27,46 juta pada tahun 2022.
Hasil ini didapat karena MBMA mengalami kerugian selisih kurs senilai US$ 2,85 juta. Padahal pada tahun 2022 MBMA memiliki keuntungan selisih kurs sebanyak US$ 12,52 juta.
Pada tahun 2023, MBMA juga tidak mencatatkan keuntungan atas perubahan nilai wajar pada kepemilikan ekuitas. Sedangkan pada tahun 2022 di pos ini MBMA membukukan US$ 18,97 juta.
Secara bottom line, MBMA meraih laba bersih senilai US$ 6,92 juta pada tahun 2023. Jumlah ini merosot 68,05% dibandingkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun 2022 yang kala itu mencapai US$ 21,66 juta.
Per 31 Desember 2023 MBMA memiliki jumlah aset senilai US$ 3,26 miliar. MBMA mempunyai liabilitas sejumlah US$ 953,58 juta, dengan jumlah ekuitas sebesar US$ 2,30 miliar. MBMA memiliki kas dan setara kas pada akhir tahun senilai US$ 290,21 juta.
Pada awal perdagangan Kamis (28/3) ini, hingga pukul 09:59 WIB harga MBMA mengalami penurunan 0,41% ke level Rp 488 per saham. Mengakumulasi pelemahan 12,86% secara year to date.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News